MENTERI Keuangan, Sri Mulyani memaparkan, perekonomian Indonesia tahun 2022 akan tumbuh lebih baik dibanding tahun 2021. Indikasinmya antara lain, makin meningkatnya konsumsi masyarakat, belanja pemerinrah pusat dan daerah semakin tinggi, dan pulihnya investasi. Ani (nama akrab Sri Mulyani) tidak secara rinci menyebut angka-angka kenaikan sektor-sektor tersebut. Namun optimisme itu tumbuh karena menurut Badan Kebijakan Fiskal, pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2021 mencapai 5%.
Menteri Keuangan juga mencatat, pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2021 tumbuh cukup tinggi. Hal itu juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2022. Pemerintrah dan masyarakat diharapkan tidak terlena dengan bangkitnya enonomi nasional. Kita masih berhadapan dengan merebaknya pandemi gaya baru dari Covid-19 ke Delta, kemuadia ke Omicron. Wabah itu menekan segala aspek kehidupan termasuk perekonomian secara global.
Pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu segnifikan tahun ini masih mendapat tekanan wabah Omicron. Kita tidak dapat memprediksi apakah Omicron akam menjadi pandemi global seperti Covid-19 atau tidak. Kita tahu Omicron sangat cepat menyebar hampir tanpa gejala. Namun Indonesia sudah punya penmgalaman dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Selama dua tahun kita berada dalam sandera Corona, pada akhir tahun 2021 pandemi itu semakin landai.
Jabar tetap Optimistis
Dalam situasio seperti ini, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, mengajak masyarakat khususnya para pengusaha, tetap opmtimis. Menurut Kang Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil) Jabar masih dihadapkan pada dua masalah besar yakni Revolusi Industdi 4.0 dan Pandemi.
Emil menyebutkan, Revolusi 4.0 akan menghilangkan 73 ribu jenis pekerjaan. Artinya sedikitnya akan ada 73.000 tenaga kerja yang akan kehilangan pekerjaan.
Pandemi Covid-19 masih menghantui warga dunia. Setelah Corona kemudian Delta, dan sekarang Omicron. Hal itu membuat masyarakat khawatir.
Selanjutnya Ridwan Kamil menekankan, semua tantangan itu harus dan akan tertanggulangi. Akhir tahun 2021, pandemi Covid-19 sudah mereda. Di Jabar, hunian ranjang rumah sakit menurun drastis dari 91% pasien Covid-19, kini tinggal 1% saja. Revolusi 4.0 yang diperkirakan akan melibas 73.000 tenaga kerja, justru akan mendatangkan 150.000 kesempatan kerja.
Dua tantangan itu sudah dapat kita atasi, Bahkan pertumbuhan ekonomi tahun ini, menurut Emil, akan naik dibanding tahun lalu. Tanda-tandanya sudah terlihat, antara lain, ekspor Jabar meningkat mencapai 21,556 miliar US dollar atau 15,18% dari total ekspor nasional. “Angka itu menunjukkan Jabat masih nomor satu secara nasional,” kata Emil. Investasi asing yang masuk Jabar tahun ini sudah mencapai 1,5 miliar dollar AS atau 19% lebih dari total investrasi yang masuk Indonesia.
Perekonomian Jabar akan tumbuh sangat signifikan apabila beberapa masalah dapat segera tertangani. Masalah infrastruktur yang lama menggantung, seperti Jalan Tol Cisundawu, kereta api cepat Bandung-Jakarta, Jalan Tol Bandung-Garut-Tasikmalaya-Cilacap, pembangunan Jabar bagian selatan, Pelabuihan Internasional Patimban, dan berbagai kawasan industri. Terlambatnya penyelesaian infrastruktuir itu masih menjadi kendala dalam memacu petumbuhan ekonomi Jabar. ***