DI tengah masih mewabahnya Covid-19, pembangunan infrastruktur terus berjalan. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyebutkan, Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) akan rampung akhir tahun ini. Enam bulan lagi, jalan tol yang menghubungkan Bandung-Majalengka bagian utara itu dapat dioperasikan.
Proyek pembangunan Jalan Tol Cieumdawu itu termasuk infrastruktur yang mengalami beberapa kali mundur dari target. Jalan itu justru sangat vital mendongkrak kegunaan Bandara Kertajati. Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang dibangun di Kertajati Kabupaten Majalengka sejak diresmikan hingga saat ini nyaris tidak bermanfaat. Hampir semua maskapai penerbangan yang membuka jalur penerbangan internasional dari Jabar, hengkang dari Kertajati. Mereka kembali ke Bandara Soeta di Cengkareng.
Alasan utama mundurnya maskapai dari Kertajati karena perjalanan dari berbagai kota ke bandara itu sulit. Dari Bandung saja, para calon penumpang harus menempuh jalan arteri melalui Sumedang. Jalan arteri itu terkenal sangat rawan karena sering longsor, berliku-liku, dan cukup jauh. Keberadaan BIJB yang dinilai sangat besar dan mewah itu, samasekali tidak didukung dengan inftastruktur, khususnya jalan bebas hambatan.
Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Palimanan (Cipali), tidak serta merta mempermudah perjalanan ke dan dari Kertajati. Dari jalan tol ke Kertajati tidak tersambung dengan jalan yang memadai Para calon penumpang, baik yang akan terbang dari Bandung dan beberapa kota sekitarnya, harus memutar ke Purwakarta baru kemudian masuk Tol Cipali..
Diharapkan, dengan selesainya Jalan Tol Cisumdawu, masalah akses ke dan dari Kertajati itu akan teratasi. Para calon penumpang dari Bandung dan sekitarnya dapat menempuh perjalanan lebih singkat. Menurut Gubernu Jabar, Jalan Tol Cisumdawu itu akan dapat digunakan akhir tahun ini. Namun jalan tol itu pada tahap awal baru sampai Dawuan. Dari Dawuan ke Kertajati masih menyisakan masalah. Perjalanan dari Dawuan ke Kertajati, meskipun tidak terlalu jauh, tetap membutuhkan infrasruktur baru. Akses dari dan ke bandatra itu harus sesuai dengan kemegahan dan kemewahan bandara internasional. Begitu pula para calon penumoang yang berasal dari Cirebon dan kota lainnya di Jawa Tengah bagian barat, dapat masuk ke Kertajati melalui jalan yang memadai, baik besar maupun kelasnya. Bisa saja akses ke Kertajati dari Dawuan, Cirebon, dan dari pintu tol Cipali, berupa jalan arteri. Akan tetai BIJB itu bandara internasional. Wajar apabila pemerintah menyediakan fasilitas berkelas internasional pula
Patimban
Pemerintah, menurut Ridwan Kamil, selain Tol Cisundawu, pembangunan Pelabuhan Laut Internasional Patimban juga akan segera selesai. Awal tahun 2022 Patimban memasuki fase pembangunan akhitr. Ditargetkan, akhir tahun 2022 pelabuhan di kawasan Subang Utara itu akan dapat digunakan.
Sambil mengharapkan pandemi Covif-19 segera berakhir, pembangunan Patimban juga selesai tepat waktu. Kita tidak ingin, keberadaan Pelabuhan Laut Internasional Patimban akan bernasib sama dengan BIJB Kertajati. Pembanguinan itu akan segera serlesai, megah, besar, bertaraf internasional. Namun usai diresmikan, kemudian mati.
Keberadaan pelabuhan internasional itu diprediksi akan mempu mengangkat Jawa Barat khususnya, Indonesia umumnya, menjadi pusat perekonomian. Setidaknya keberadaan bandara dan pelabuihan internasional itu akan mendorong pertumbuihan ekonomi regional dan nasional. Karena itu pembangunan Patimban harus diawali dengan infrastruktur pendukungnya. Akses ke dan dari pelabuhan itu harus dirancang dan dibangun lebih awal baru kemudian pembangunan pelabuhan sebagai ingtinya.
Jangan sampai pelabuhan selesai dan dapat digunakan, infrastruktur pendukungnya belum apa-apa. Yang akan terjadi, seperti pembangunan Bandara Ketrjati, tidak ada calon penumpang yang datang. Patimban akan menjadi pelabuhan ekspor-impor yang sangat besar. Arus barang dari kawasan industri di Jabar dan sekitarnya akan masuk ke Patimban. Tanpa fasilitas memadai, keberadaan pelabuhan itu akan sia-sia.
Akses ke dan dari Patimban membuthkan infrastruktur yang jauh lebih berkelas dibanding jalan dan jembatan menuju Bandara Kergjati. Akses ke Patimban butuh jalan khusus untuk kontainer beukuran raksasa. Jalan khusus (high way) yang tidak boleh terganggu kendaraan berukuiran kecil lainnya. Patimban juga butuh jalur kereta api khusus dari kawasan industri, baik di Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
Terlalu idealistis? Tidak, ini hanya berkaca pada pembanguna Bandara Intdernasional Kertajati. Patimban jangan sampai bernasib sama dengan Kertajati. ***