SEPERTI putusan berlakunya peraturan, undang-undang, imbauan, dan kebijakan pemerintah lainnya selalu diwarnai dengan pro kontra. Sebagian masyarakat menilai peraturan atau undang-undang itu merupkan beban yang sangat berat bagi masyarakat. Sebagian lagi menyatakan peraturan itu dikeluarkan tepat waktu dan harus didukung.
Peraturan tentang pembatasan kegiatan masyarakat berkaitan dengan pandemi Covid-19, PPKM. mendapat tanggapan dan sikap serta pelaksanaan yang berbeda – beda. Penutupan akses di dalam kota, misalnya, menimbulkan sedikit kegaduhan. Ada anggota masyarakat yang secara terang-terangan melawan petugas ketika ia diharuskan memutar arah. Ada petugas yang arogan menghardik bagkan memukul pelanggar.
Pengguna jalan, baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, merasa sangat terganggu. Mereka, terutama taksi dan angkutan kota, dihadapkan pada kesulitan menembus barikade. Keributan pun muncul di sana-sini antara petugas di lapangan dengan para pengguna kendaraan.
Ketidfaknyamanan transportasi dan komunikasi itu berlangsung cukup lama, dari tanggal 3 sampai 20 Juli 2021. Dampak peaturan itu sangat luas, baik sosial, ekonomi, maupun peribadatan. Hampir semua sektor mengalami turbulensi bahkan mati suri. Perdagangan, terutama fesyen, kepariwisataan, industri, dan jasa, semuanya terpapar sampai benar-benar tiarap. Pasar tradisional, kuliner, pedagang warungan, pedagang keliling, tampaknya masih dapat bertahan dalam situasi pembatasan ini.
Industri kepariwisataan, tanpa petrintah penutupan juga, sudah sejak awal PPKM, mati suri. Resor dan daerah wisata ditutup, dengan sendirinya perhotelan, restoran, UMKM barang souvenir, tidak bergerak sama sekali.Upaya promosi bahkan dengan penurunan tarif dari tariff Bintang Lima ke tariff Bintang Tiga, tidak berpengaruh. Jumlah hunian tetap 0 – 5 persen.
Dalam situasi seperti ini amat sulit berbuicara tentang pertumbuhan ekonomi. Baik nasional maupun regional, tampaknya tidak dapat menghindar dari pertumbuhan minus. Covid-19 merupakan biang kerok sekali gus kambing hitam dari semua keterpurukan ini. Kesuulitan yang menimpa rakyat akibat pendemi kini masih harus dilengkapi dengan hiruk pikuk dan gejolak politik yang tak ada hentinya.
Musah-musahan kita masih punya sisa tenaga untuk berdoa, semoga Tugan Yang Mahaesa segera mengangkat wabah corona dari muka bumi ini. Sayang kita tidak dapat berdoa bersama-sama secara serentak dan serempak akibat kepentingan yang berbeda-beda, ***