Paket Sepuluh Rupiah

photo author
- Rabu, 26 Agustus 2020 | 08:37 WIB
Paket Sepuluh Rupiah
Paket Sepuluh Rupiah

    Pemerintah memberi subsidi bagi pengguna Telkomsel. Untuk kepentingan belajar-mengajar, Telkomsel hanya memungut sepuluh rupiah penggunaan kuota selama satu bulan. Subsidi itu tentu sangat melegakan masyarakat, khususnya para orangtua murid. Selama ini para orangtua murid mengeluh, besarnya pengeluaran bagi penyelenggaraan belajar daring di rumah.  Bersekolah di rumah itu pada satu sisi, sangat memberatkan para orangtua siswa. Mereka harus mengeluarkan biaya pengisian pulsa/kuota Rp 35.000 perhari.

   Di beberapa daerah, banyak orangtua yang mengajukan protes, bahkan mendesak pemerintah, segera membuka kembali sekolah. BB pernah memuat tulisan/artikel tentang keberatan para orangtua itu. Ujungnya mengusulkan, pemerintah menggratiskan kuota selama ketentuan belajar di rumah masih berlaku. Pemerintah punya akses terhadap BUMN Telkom yang membuka pelayanan internet.

   Artikel BB secara khusus mengusulkan,  pemerintah, dalam hal ini Telkom sebagai BUMN, menggratiskan penggunaan kuota. Usul itu tidak berlebihan karena Telkom milik pemerintah. Pendidikan di SD dan SMP pada dasarnya cuma-cuma. Sekolahnya gratis, seyogianya para siswa tidak harus mengeluarkan biaya untuk kuota. Bagi sebagian besar orangtua murid Rp 35.000 itu sangat memberatkan. Setiap bulan mereka harus mengeluarkan biaya  Rp 875.000. Sedangkan bantuan dari pemerintah, baik berupa BLT maupun bantuan lain, hanya Rp 600.000 Itupun diterima dua bulan sekali. Sedangkan kuota harus diisi tiap bulan. Sehingga bantuan pemerintah itu tidak cukup untuk beli kuota. Dari mana biaya makan dan bayar listrik, cicilan barang, iuran sampah, keamanan, air, dan sebagainya.

   Benar, namanya juga bantuan. Tidak mungkin dapat menutup berbagai kebutuhan pokok masyarakat. Bila bantuan itu dibelikan kuota, cukupkah biaya makan sebulan penuh? Selain itu banyak orangtua siswa yang tidak mampu, membiarkan anak-anaknya tidak belajar secara daring. Menurut mereka, belajar secara daring itu diajangkan hanya bagi masyarakat mampu. Orang berkekurangan tidak mampu menjangkau biaya internetnya.

   Pemberian subsidi yang pasti akan membantu masyarakat kelas bawah. Itu pasti dapat mendorong para siswa kurang mampu lebih bersemangat. Mereka punya kemampuan “memberi makan”gagetnya. Hanya Rp 10,- tiap bulan. Ïtu mah sama saja dengan gratis,”kata Ibu Gandi yang anaknya belajar di SMP pavorit.

   Belajar di rumah secara daring pada dasarnya sangat menyenangkan para siswa. Mereka dapat belajar sambil bermain-main, santai. Mereka tidak usah membawa bekal makanan atau uang jajan. Ilmu dapat, mereka juga makin memahami teknologi komunuikasi.  Belajar dengan tatap muka harus dilakukan meskipun ada bantuan biaya kuota. Tatap muka dapat mempererat tali silaturahmi, baik antarsiswa maupun antara guru dan murid. Namun pengawasan harus dilakukan lebih ketat. Semua anak didik dan para guru wajib mentaati protokol kesehatan. Siswa,  guru, dan pegawai TU wajib menggunakan masker, menjaga jarak, dan cuci tangan. Dengan disiplin, anak-anak didik tidak akan menjadi klaster baru penularan Covid-19.

     Telkomsel akan menederita kerugian cukup besar dengan kebijakan subsidi kuota itu. Namun kebaikan terhadap masyarakat, jauh lebih besar pahalanya. Mencari untung itu harus, beramal soleh itu wajib. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB
X