Ia tidak bernegosiasi tentang kemakmuran, ia menjamin kemakmuran itu terjadi.
Itulah bedanya pemimpin yang beriman, ia tidak mencari pujian dunia, tapi ridha Allah Swt.
Al-Qur’an pun menegaskan, “Dan Allah tidak akan memberi jalan bagi orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman.” (QS. An-Nisa: 141).
Baca Juga: Warna Baru Menteri Keuangan!” Freddy Damanik Puji Gaya Purbaya yang Langsung ke Akar Ekonomi
Ayat ini menjadi peringatan, bahwa hegemoni ekonomi bukan hanya persoalan duniawi, tapi juga ancaman terhadap kehormatan umat.
Pertemuan diplomatik seperti yang dilakukan Kang Dedi tentu patut dihargai. Tapi lebih dari itu, semoga menjadi pintu kesadaran bahwa kekuatan sejati umat Islam ada pada persatuan akidah, bukan kontrak investasi.
Ketika negeri-negeri muslim bersatu kembali dalam satu sistem yang adil, mereka tidak perlu lagi mencari kemandirian karena kemandirian itu akan datang dari keimanan.
Di bawah langit Bandung, dua tangan telah berjabat. Semoga jabat tangan itu bukan sekadar simbol diplomasi, tapi juga awal dari kesadaran baru, bahwa yang sejati menyatukan kita bukan kepentingan, melainkan iman.
Karena di balik setiap kerja sama yang tulus, ada harapan besar untuk melihat umat Islam kembali berdiri tegak bukan di bawah bayang-bayang sistem kapitalisme, tetapi di bawah cahaya Ilahi.***