Oleh: Ummu Fahhala, S. Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)
Bisnisbandung.com - Pagi di Bale Pakuan, Bandung, terasa sejuk. Embun masih menempel di dedaunan, sementara langit tampak biru muda, seakan ikut menyambut tamu agung.
Di ruang yang penuh wibawa itu, Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi berdiri menyambut Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Indonesia dan ASEAN, YM. Abdulla Salem AlDhaheri. Senyum mereka hangat, dan percakapan pun mengalir tentang peluang investasi, pembangunan infrastruktur, hingga kerja sama di bidang pendidikan dan kebudayaan.
“Selamat datang di tanah Parahyangan, Tuan Duta Besar,” ucap Kang Dedi sambil menjabat tangan sang tamu.
“Terima kasih, Yang Terhormat. Kami melihat Jawa Barat sebagai jantung yang berdenyut kuat di Indonesia,” balas Abdulla dengan aksen Arab yang lembut.
Mereka berbicara panjang lebar tentang Bandara Kertajati, Sumedang, dan potensi besar kerja sama yang bisa membawa manfaat bagi masyarakat. (1 Oktober 2025).
Baca Juga: Awalil Dukung Purbaya: “Tegas! APBN Bukan untuk Bayar Utang Kereta Cepat”
Di tempat berbeda, Dubes Pakistan juga menyampaikan harapan serupa, memperkuat hubungan strategis dengan Indonesia dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan pertahanan.
Dua pertemuan, satu semangat. Negeri-negeri muslim saling menyapa. Seolah ada getaran lama yang terbangun kembali berupa getaran persaudaraan yang pernah mempersatukan mereka di bawah satu panji keimanan.
Kabar pertemuan itu cepat menyebar di media. Banyak yang memuji langkah Kang Dedi yang membuka pintu kerja sama dengan dunia Timur Tengah. Namun di antara gemuruh tepuk tangan, ada suara hati yang bertanya lirih,
“Apakah kerja sama ini benar-benar untuk rakyat, atau sekadar catatan diplomasi yang indah di atas kertas?”
Saya teringat ucapan Dr. Yusuf Wibisono, ekonom dari Universitas Indonesia, “Kerja sama antarnegara sering kali berpihak pada kepentingan korporasi, bukan kepentingan rakyat.” (2025)
Kata-katanya menohok. Sebab memang, terlalu sering rakyat hanya menjadi penonton dalam panggung besar yang disebut investasi.
Baca Juga: Adi Prayitno: Serangan Anies ke Prabowo Adalah Sindiran Balik yang Elegan
Kita berbangga saat nama provinsi disebut di forum internasional, tapi masih banyak rakyat di pelosok yang berjuang dengan tangan kosong.