opini

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB
Kalender Ramadan 2026 umat Islam bersiap menyambut bulan penuh berkah (Ilustrasi AI)

Oleh: Ummu Fahhala, S. Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

Bisnisbandung.com - Pagi di Bale Pakuan, Bandung, terasa sejuk. Embun masih menempel di dedaunan, sementara langit tampak biru muda, seakan ikut menyambut tamu agung.

Di ruang yang penuh wibawa itu, Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi berdiri menyambut Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Indonesia dan ASEAN, YM. Abdulla Salem AlDhaheri. Senyum mereka hangat, dan percakapan pun mengalir tentang peluang investasi, pembangunan infrastruktur, hingga kerja sama di bidang pendidikan dan kebudayaan.

“Selamat datang di tanah Parahyangan, Tuan Duta Besar,” ucap Kang Dedi sambil menjabat tangan sang tamu.
“Terima kasih, Yang Terhormat. Kami melihat Jawa Barat sebagai jantung yang berdenyut kuat di Indonesia,” balas Abdulla dengan aksen Arab yang lembut.

Mereka berbicara panjang lebar tentang Bandara Kertajati, Sumedang, dan potensi besar kerja sama yang bisa membawa manfaat bagi masyarakat. (1 Oktober 2025).

Baca Juga: Awalil Dukung Purbaya: “Tegas! APBN Bukan untuk Bayar Utang Kereta Cepat”

Di tempat berbeda, Dubes Pakistan juga menyampaikan harapan serupa, memperkuat hubungan strategis dengan Indonesia dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan pertahanan.

Dua pertemuan, satu semangat. Negeri-negeri muslim saling menyapa. Seolah ada getaran lama yang terbangun kembali berupa getaran persaudaraan yang pernah mempersatukan mereka di bawah satu panji keimanan.

Kabar pertemuan itu cepat menyebar di media. Banyak yang memuji langkah Kang Dedi yang membuka pintu kerja sama dengan dunia Timur Tengah. Namun di antara gemuruh tepuk tangan, ada suara hati yang bertanya lirih,

“Apakah kerja sama ini benar-benar untuk rakyat, atau sekadar catatan diplomasi yang indah di atas kertas?”

Saya teringat ucapan Dr. Yusuf Wibisono, ekonom dari Universitas Indonesia, “Kerja sama antarnegara sering kali berpihak pada kepentingan korporasi, bukan kepentingan rakyat.” (2025)

Kata-katanya menohok. Sebab memang, terlalu sering rakyat hanya menjadi penonton dalam panggung besar yang disebut investasi.

Baca Juga: Adi Prayitno: Serangan Anies ke Prabowo Adalah Sindiran Balik yang Elegan

Kita berbangga saat nama provinsi disebut di forum internasional, tapi masih banyak rakyat di pelosok yang berjuang dengan tangan kosong.

Halaman:

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB