Raka menggeleng lemah. “Aku sudah datang ke tiga job fair. Banyak lowongan, tapi nyatanya perusahaan juga sedang memangkas karyawan. Rasanya seperti fatamorgana.”
Baca Juga: Butiran Air Mata di Karung Beras
Andi menunduk. “Jadi benar ya… kapitalisme memang cuma janji. Katanya banyak peluang, katanya bisa sejahtera. Tapi yang kita rasakan malah kebingungan.”
Raka menatap serius. “Selama sistem ini berdiri, kita hanya jadi angka. Pengangguran terus ada, seakan-akan itu normal. Padahal jelas ini bukti kegagalan.”
Percakapan itu menggambarkan kenyataan pahit. Kapitalisme tidak mampu memberi solusi nyata. Ia hanya memperbesar jurang kaya dan miskin. Negara seakan lepas tangan. Job fair digelar, jurusan vokasi dibuka, namun hasilnya tetap sama: banyak anak muda menganggur.
Fenomena ini bukan sekadar statistik. Ia adalah luka. Luka bagi jutaan anak muda yang bermimpi. Luka bagi orang tua yang berharap. Luka bagi bangsa yang kehilangan generasi emasnya.
Islam Memberi Jalan Terang
Namun, sejarah pernah membuktikan ada jalan lain. Jalan itu adalah Islam.
Dalam Islam, penguasa adalah ra‘in, pengurus rakyat. Rasulullah saw. bersabda, “Imam adalah ra‘in dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Negara wajib memastikan rakyat punya akses pekerjaan. Negara melarang riba yang mencekik. Negara mengoptimalkan baitulmal untuk modal usaha rakyat. Negara mengelola sumber daya alam tanpa privatisasi. Semua itu membuka proyek padat karya yang menyerap tenaga kerja.
Baca Juga: Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri
Rasulullah saw. pernah memberi modal kepada seorang sahabat agar ia bisa bekerja. Umar bin Khattab memberikan tanah kepada rakyat agar mereka bisa bercocok tanam. Semua langkah itu nyata, bukan sekadar janji.
Suatu malam, Andi kembali berbincang dengan ayahnya.
“Ayah, kalau semua sistem gagal, apa ada jalan keluar?” tanya Andi dengan wajah ragu.
Ayahnya tersenyum bijak. “Ada, Nak. Islam sudah memberi jalan. Bukan hanya untuk ibadah, tapi juga untuk ekonomi. Islam punya aturan agar semua orang bisa hidup layak. Kalau kita kembali pada aturan Allah, generasi sepertimu tidak akan hilang arah.