Kriminolog Soroti Di Balik Tulisan “Welcome to Hell” dalam Kasus Ledakan di SMAN 72

photo author
- Selasa, 11 November 2025 | 20:45 WIB
Kriminolog Universitas Indonesia, Prof. Adrianus Meliala (Tangkap layar youtube Metro TV)
Kriminolog Universitas Indonesia, Prof. Adrianus Meliala (Tangkap layar youtube Metro TV)

bisnisbandung.com - Kriminolog Universitas Indonesia, Prof. Adrianus Meliala, menyoroti temuan tulisan “Welcome to Hell” serta simbol neo-Nazi di senjata rakitan dalam kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara.

Ia menilai kasus tersebut bukan sekadar bentuk inspirasi sesaat, melainkan hasil dari proses internalisasi ide ekstrem yang cukup panjang hingga memengaruhi tindakan pelaku.

Menurut analisisnya, tulisan dan simbol ekstrem yang ditemukan menunjukkan adanya pemahaman mendalam terhadap ideologi tertentu.

Baca Juga: Urgensi Redenominasi Rupiah Dinilai Masih Lemah, Berpotensi Timbulkan Masalah

Hal ini terlihat dari upaya terduga yang diduga memiliki semangat militansi kuat hingga rela mengorbankan waktu dan sumber daya untuk mewujudkan gagasannya dalam tindakan nyata.

Fenomena ini menjadi tidak lazim karena, pada umumnya, pelajar tingkat sekolah menengah memiliki referensi yang lebih umum dan populer dalam mencari panutan.

Namun, dalam kasus ini, terduga justru menunjukkan ketertarikan terhadap simbol-simbol ekstrem kanan yang biasanya lebih dikenal oleh kelompok usia dewasa.

“Kalau tadi dikatakan bahwa yang bersangkutan sudah pernah mencorat-coret, ada kemungkinan teman-temannya sebenarnya tidak paham apa makna dari coretan tersebut. Karena ini memang bukan sesuatu yang umum atau populer di antara mereka,” tuturnya dilansir dari youtube Metro TV.

Baca Juga: Miris dengan Kondisi Negeri, Amien Rais: Semangat Kepahlawanan Meredup, Korupsi Justru Meningkat

Prof. Adrianus juga menilai bahwa tulisan seperti “Welcome to Hell” dan simbol neo-Nazi bukanlah hal yang umum di kalangan pelajar.

Ia menduga bahwa sebagian teman atau bahkan guru bimbingan konseling mungkin tidak memahami arti dari simbol dan tulisan tersebut.

Kondisi ini mencerminkan adanya kesenjangan pemahaman yang perlu dijembatani dengan edukasi mengenai ideologi ekstremisme di lingkungan sekolah.

Dari sisi psikologis, pelaku diperkirakan memiliki karakteristik berbeda dibanding rekan sebayanya. Ia mungkin memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, namun perbedaan tersebut justru membuatnya menjadi sasaran perundungan.

Baca Juga: Sentil Gelar Pahlawan Soeharto, Rocky Gerung: Yang Kita Ingat Bukan Kepahlawanan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X