Sentil Gelar Pahlawan Soeharto, Rocky Gerung: Yang Kita Ingat Bukan Kepahlawanan

photo author
- Selasa, 11 November 2025 | 16:30 WIB
Rocky Gerung, Pengamat Politik (Tangkap layar youtube Rocky Gerung Official)
Rocky Gerung, Pengamat Politik (Tangkap layar youtube Rocky Gerung Official)

bisnisbandung.com - Penetapan gelar Pahlawan Nasional kepada mantan Presiden Soeharto menimbulkan gelombang pro dan kontra di kalangan publik.

Namun, hasil survei yang menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen masyarakat setuju dengan keputusan tersebut seolah dijadikan justifikasi untuk menutup ruang perdebatan.

Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa fenomena ini mencerminkan bagaimana politik Indonesia kini semakin ditentukan oleh hasil survei, bukan oleh penilaian sejarah atau nilai etika politik.

Baca Juga: Pilihan Sepatu Vans yang Bisa Jadi Pilihan saat Ada Promo Sepatu Vans di Blibli!

Ia menyoroti kecenderungan lembaga survei yang dianggap tidak lagi berperan sebagai alat ukur opini publik secara netral, melainkan sebagai instrumen pembenaran kebijakan politik tertentu.

Menurut Rocky, penggunaan angka-angka statistik dalam isu sensitif seperti pemberian gelar pahlawan berpotensi menggeser makna sejarah menjadi permainan data.

Ketika publik yang minim pengetahuan sejarah diarahkan melalui hasil survei, maka keputusan politik pun lebih banyak dibangun atas persepsi ketimbang refleksi kritis terhadap masa lalu.

Ia juga menyinggung sikap diam dari kalangan politik kiri di pemerintahan yang dinilai tidak berani menentang arus opini publik.

Baca Juga: Wisuda ke-31 Poltekpar Bali: 63% Lulusan Langsung Terserap Industri

Kondisi ini menunjukkan adanya pembungkaman ideologis yang dilakukan melalui legitimasi survei, bukan melalui perdebatan intelektual.

Di sisi lain, Rocky tidak menutup mata terhadap kontribusi Soeharto dalam pembangunan ekonomi nasional.

Era Orde Baru dikenal dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan program pembangunan infrastruktur yang masif, termasuk sekolah, jalan, dan proyek irigasi.

Namun, keberhasilan tersebut juga dibayangi oleh praktik otoritarianisme dan pengekangan terhadap kebebasan politik.

“Yang kita kenang bukan kepahlawanan, tetapi para pengkhianat di belakang isu-isu kepahlawanan. Di belakang tema-tema kepahlawanan. Dan para pengkhianat itu tetap ada di sekeliling kita, bahkan sangat dekat dengan kita,” lugasnya dilansir dari youtube pribadinya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KPK dan Kejagung Berbagi Peran Tangani Kasus Korupsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:00 WIB
X