“Memang harus ada pakar dalam penilaian akademik, tapi masyarakat juga punya hak untuk mengawasi dan mengkritik,” jelasnya.
Dia menambahkan penulisan ulang sejarah yang hanya menonjolkan sisi positif pemerintahan lama tanpa mengakui sisi gelapnya hanya akan menghilangkan pelajaran penting dari masa lalu.
“Sejarah harus jadi pengingat agar peristiwa kelam tidak terulang,” katanya.
Baca Juga: Pengiriman Pekerja Domestik Kian Marak, Negara Dinilai Belum Maksimal Lindungi Pekerja
Di era digital saat ini Adi Prayitno mengingatkan bahwa batas antara yang ahli dan bukan semakin tipis. Banyak orang yang tidak ahli mengaku ahli, dan sebaliknya.
Hal ini membuat kritik terhadap penulisan sejarah menjadi semakin kompleks.
“Kalau kita cuma boleh kritik kalau ahli, berarti rakyat harus diam? Itu sulit diterima dalam demokrasi,” pungkas Adi Prayitno.***
Artikel Terkait
CPNS Zaman Now Wajib Denger! Raffi Ahmad: Jangan Asal Pintar Tapi Harus Punya Adab, Hormati Ibu!
MALU-MALUIN! Indonesia Juara 2 Dunia Soal Kebohongan Akademik, Rocky Gerung: Gegara Jokowi & Bahlil?
AHY Bongkar Harapan Prabowo, Danantara Siap Kuasai Pembiayaan Infrastruktur Nasional!
Aplikator Ojol Memeras Driver, Adian Napitupulu: Promo Bohong, Negara Harus Turun Tangan!
Surat Makzulkan Gibran Diabaikan DPR, Pakar hukum: Ini Penghinaan terhadap Konstitusi!
RSUD Cibabat Viral! Pasien Meninggal Setelah Diduga Tak Ditangani Meski Sudah Sekarat