Catatan Kritis Adi Prayitno: Nasib Reformasi Indonesia Hari Ini

photo author
- Sabtu, 24 Mei 2025 | 14:00 WIB
Akademisi sekaligus pengamat politik Adi Prayitno (dok youtube Adi Prayitno)
Akademisi sekaligus pengamat politik Adi Prayitno (dok youtube Adi Prayitno)


Bisnisbandung.com - Sudah 27 tahun reformasi bergulir di Indonesia sejak Soeharto lengser pada 21 Mei 1998.

Namun berbagai persoalan yang dulu menjadi alasan utama reformasi masih belum tuntas diselesaikan.

Demikian disampaikan pengamat politik Adi Prayitno dalam dalam youtubenya.

Baca Juga: Singgung Problem Intelektual Bangsa, Rocky Gerung: Banyak Bicara, Sedikit Pikir

Adi mengawali dengan mengingatkan sejarah reformasi sebagai momen penting pengganti Orde Baru yang penuh dengan krisis ekonomi dan politik.

Reformasi diharapkan membawa perubahan tatanan baru yang lebih baik mulai dari demokrasi yang lebih terbuka, pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), hingga kesejahteraan rakyat.

"Reformasi itu perubahan dari tatanan lama menuju tatanan baru. Saat itu Soeharto sudah dianggap tak mampu membawa Indonesia maju. Maka 21 Mei 1998 jadi hari bersejarah," ujar Adi. 

Namun setelah hampir tiga dekade Adi menilai masih ada banyak PR besar yang harus diselesaikan.

Meski secara prosedural demokrasi sudah membaik dengan pemilihan langsung presiden dan kepala daerah demokrasi substantifnya masih rawan.

Baca Juga: Tegaskan Perjudian Haram, MUI Tolak Legalisasi Kasino

"Politik kita masih diwarnai politik transaksional dan politik uang. Pilihan rakyat tidak selalu didasarkan pada kapasitas dan rekam jejak pemimpin tapi sering kali soal logistik dan modal politik," katanya.

Dia juga menyoroti fenomena politik kekeluargaan yang marak.

Banyak keluarga politik yang langsung "melompat" ke posisi kekuasaan tanpa proses kaderisasi yang sehat hanya mengandalkan nama besar keluarga.

"Politik kekerabatan sebenarnya bukan haram tapi yang jadi masalah adalah regenerasi yang tidak berjalan. Keluarga politik banyak yang langsung loncat ke pusat kekuasaan, bukan dari proses politik di akar rumput," jelasnya.

Baca Juga: Sobary Geram Kiprah Bung Hatta Tak Tertandingi, Tapi Gibran Dinilai Terbaik?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Raga Aditya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X