bisnisbandung.com - Ramadan 2025 menghadirkan tantangan ekonomi baru bagi masyarakat Indonesia. Fenomena ‘makan tabungan’ semakin meluas, menunjukkan bahwa banyak orang terpaksa menguras simpanan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hal ini terjadi seiring dengan pergeseran pola konsumsi yang lebih selektif dan berhati-hati.
Pandangan Tom MC Ifle, seorang pengamat ekonomi dan bisnis, memberikan perspektif menarik mengenai fenomena ini. Menurutnya, Ramadan kali ini menghadirkan situasi yang tidak biasa bagi dunia usaha.
Ia mengungkapkan dalam konteks ekonomi makro, pertumbuhan Indonesia masih berada di angka 5,1%.
Baca Juga: Jokowi Vs PDIP Memanas! Ikrar Nusa Bhakti Bongkar Dugaan Manuver Politik di Balik Kasus Hasto
Namun, defisit transaksi melonjak hingga 8,9 miliar dolar, mencerminkan tekanan yang semakin besar pada perekonomian nasional.
Bank Indonesia bahkan mengambil langkah mengejutkan dengan menurunkan suku bunga ke 5,75% guna menjaga stabilitas ekonomi, sesuatu yang jarang terjadi menjelang bulan Ramadan.
“Menurut saya, bisnis kuliner masih tricky, terutama penjualan makanan dan minuman di waktu berbuka puasa dan sahur,” ujarnya dilansir dari youtube Tom MC Ifle.
Baca Juga: Sobary Sindir Jokowi, Sebut Ahok Lebih Gentle Hadapi Korupsi Pertamina
Sektor kuliner masih bertahan karena kebutuhan berbuka dan sahur tetap ada, tetapi masyarakat semakin irit dalam berbelanja.
“Orang butuh, tapi ngirit. Jadi, para penjual ini perlu strategi khusus biar dagangannya ludes. Begitu pula dengan penjual sembako. Mau enggak mau, masyarakat butuh sembako jadi harus beli,” terangnya.
Ini memaksa pelaku usaha untuk lebih kreatif dalam menyusun strategi agar tetap bisa menjual produk mereka.
Sebaliknya, sektor manufaktur dan ritel konvensional menghadapi tantangan berat. Tom MC Ifle menyoroti bagaimana industri tekstil, elektronik, dan perabot rumah tangga mengalami penurunan signifikan akibat perubahan pola konsumsi masyarakat.
Baca Juga: Birokrasi Dipangkas! Prabowo Resmi Luncurkan Mekanisme Baru Tunjangan Guru ASN Daerah
Artikel Terkait
Perang Sumber Bisnis Bagi Amerika Serikat, Ketergantungan Dunia pada Senjata AS
Bisnis Lokal Banyak yang Bangkrut, Pengusaha Ini Ungkap Lebih Baik Usaha di Luar Negeri
Alasan Bukalapak Tutup Bisnis, Dr Indrawan Nugroho Singgung Promosi Agresif Shopee
Tak Ada Lagi Study Tour dan Renang Berbayar di Sekolah! Dedi Mulyadi: Jangan Jadi Ladang Bisnis
Pelajaran Bisnis dari Timothy Ronald: Hidup Itu Seperti di Drama ‘Squid Game’
Buat Yang Mau Mau Aja, Ini Dia Bisnis Yang Mudah Anda Jalankan!