Bisnis Lokal Banyak yang Bangkrut, Pengusaha Ini Ungkap Lebih Baik Usaha di Luar Negeri

photo author
- Sabtu, 1 Februari 2025 | 20:45 WIB
Julio Ekspor, Pengusaha Sukses (Tangkap layar youtube Julio Ekspor)
Julio Ekspor, Pengusaha Sukses (Tangkap layar youtube Julio Ekspor)

bisnisbandung.com - Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, seharusnya menjadi pasar yang menjanjikan bagi para pelaku usaha lokal.

 Namun, realitas yang terjadi justru berbanding terbalik. Banyak bisnis lokal yang mengalami kesulitan bersaing di pasar domestik, bahkan tak sedikit yang harus gulung tikar akibat gempuran produk impor.

Menurut Julio Ekspor, seorang pengusaha sukses, pasar Indonesia memang besar, tetapi ironisnya produk yang beredar di dalam negeri justru didominasi oleh barang impor.

“Kenapa bisnis di luar negeri itu lebih enak dibandingkan bisnis di Indonesia. Akan ada banyak fakta-fakta menarik,” ungkapnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube Julio Ekspor, Sabtu (1/2/25).

Baca Juga: Gubernur Jabar Terpilih Dedi Mulyadi Tegur Bupati Tasikmalaya Soal Anggaran, Harus Tepat Sasaran!

Ia menyoroti bagaimana produk dari luar negeri, khususnya dari Cina, telah membanjiri pasar dalam negeri, termasuk di e-commerce. Konsumen pun tanpa sadar lebih sering membeli produk impor dibandingkan produk lokal

“Nah, di sinilah letak paradoksnya. Meskipun pasar Indonesia besar, realitasnya produknya itu rata-rata impor, khususnya dari Cina, dan itu udah ngebanjirin pasar di Indonesia,” lanjutnya.

Salah satu penyebab utama sulitnya bisnis lokal berkembang adalah derasnya arus produk impor, terutama dari Cina.

Baca Juga: Lihat Beda Jokowi dan Prabowo, Adi Prayitno: Satu Borong Buku Satu Jarang Pergi Ke Luar Negeri

Berbagai sektor mulai dari elektronik, tekstil, hingga kebutuhan sehari-hari dikuasai oleh produk-produk luar negeri yang lebih murah dan lebih mudah diakses melalui e-commerce. Fenomena ini membuat brand lokal semakin tersisih di tanah airnya sendiri.

“Kenapa bisa kayak gitu? Well, karena ada permainan antara pemerintah kita sama pemain-pemain dari luar negeri,” lugas Julio Ekspor.

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2022, sekitar 30% UMKM di sektor ritel dan kerajinan mengalami penurunan penjualan akibat tingginya persaingan dengan barang impor.

Tak hanya UMKM, perusahaan besar pun tak luput dari ancaman ini. Salah satu contohnya adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang sebelumnya merupakan raksasa industri tekstil di Asia Tenggara, namun akhirnya mengalami kebangkrutan pada periode 2021-2022.

Baca Juga: 100 Hari Kabinet Prabowo, Andrinof Chaniago: Layak Dinilai atau Terlalu Dini?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X