Ketika harga energi dan bahan mentah naik, harga barang-barang juga meningkat, baik bagi konsumen maupun bisnis, dan menimbulkan inflasi di seluruh dunia.
Baca Juga: Rusia dan China Berpotensi Kembangkan Mata Uang yang Didukung Emas dan Bisa Melemahkan Dolar AS
Namun, AS menjadi pengecualian, karena penguatan dolar menyebabkan harga produk impor menjadi lebih murah, sehingga menahan laju inflasi di negara tersebut.
Negara berkembang terancam
Negara-negara berkembang terancam oleh utang dolar AS yang membengkak karena penguatan mata uang tersebut.
Hal ini menyebabkan mereka kesulitan untuk mengumpulkan mata uang lokal yang setara dengan nilai utangnya.
Fenomena ini telah terjadi di Sri Lanka dan ada kemungkinan akan terjadi di negara-negara lain.
Pemerintah akan terpaksa menaikkan pajak, menerbitkan uang baru, atau mencari pinjaman baru untuk mengatasi masalah ini, yang berisiko menimbulkan resesi ekonomi, hiperinflasi, krisis utang negara, atau bahkan ketiganya.
Baca Juga: Red Bull Dihukum Denda 7 Juta Dolar dan Pengurangan Pengurangan Tes Aerodinamika Sebesar 10 Persen
Negara berkembang yang terperangkap dalam utang luar negeri membutuhkan waktu tahunan atau bahkan puluhan tahun untuk pulih, dan rakyatnya akan merasakan beban yang berat selama proses tersebut.***
Artikel Terkait
Pasar Mobil 3000 CC Lesu, Tertekan Nilai Dolar dan Kenaikan PPh
Sentimen Negatif Pengaruhi Rupiah Dekati 15.000/Dolar AS
Rupiah Melemah 14.210 per Dolar AS
Saat Dolar Menguat Harga Emas Stabil
Utang LN RI Capai 413 Miliar Dolar AS
Bank Sentral Belanda Memberi Binance Diskon 5% Untuk Denda Jutaan Dolar