Rusia dan China Berpotensi Kembangkan Mata Uang yang Didukung Emas dan Bisa Melemahkan Dolar AS

photo author
- Selasa, 1 November 2022 | 11:15 WIB
 Rusia dan China termasuk ke dalam Negara yang terkuat di Dunia. (pixabay)
Rusia dan China termasuk ke dalam Negara yang terkuat di Dunia. (pixabay)

Bisnisbandung.com - Beberapa ahli telah berbagi pendapat tentang pandangan mereka tentang Rusia dan China yang berpotensi akan menciptakan Mata Uang emas baru, dilansir dari Fox Business melaporkan Sabtu,

Hal tersebut diperkuat bahwa China telah membeli emas dalam jumlah besar sementara Rusia dipaksa melepas Mata Uang Dolar AS karena sanksi yang dikenakan pada Negara tersebut. Setelah invasi ke Ukraina.

Beberapa berita mencatat bahwa beberapa ahli telah melihat bahwa langkah-langkah ini, juga terjadi karena hubungan Rusia dan China semakin dekat bersama dengan telah berkembangnya antara Moskow dan Beijing, yang menunjukkan kemungkinan China mencoba meluncurkan Mata Uang yang didukung emas.

Baca Juga: Hong Kong Hadirkan Prototipe Mata Uang Digital, Proyek Aurum

Namun,Rencana untuk membuat Mata Uang baru itu belum ada keterang resmi dari Negara tersebut baik Rusia maupun China.

Craig Singleton, rekan senior di Foundation for Defense of Democracies dan mantan diplomat AS, menjelaskan bahwa para pemimpin China telah berbicara tentang reformasi sistem keuangan global dan mengurangi dominasi dolar AS selama dua dekade.

Adapun “Dua komponen dalam strategi itu berpusat di sekitar pengembangan sistem perdagangan komoditas global yang bertempat di China, dalam kemitraan dengan Rusia dan Negara-negara lain yang berpikiran sama,untuk menentang menggunakan Dollar AS dan membuat Mata Uang baru.

Baca Juga: Unionbank Filipina Mendukung Pertukaran Mata Uang Crypto melalui Aplikasi Seluler

Craig Singleton menguraikan: Intinya, Beijing dan Moskow berusaha membangun lingkup pengaruh mereka sendiri dan unit Mata Uang dalam lingkup itu, yang pada dasarnya melindungi diri mereka dari ancaman sanksi AS.

Ekspor emas dari Negara Swiss ke China pada Juli naik ke level tertinggi sejak Desember 2016. Menurut data bea cukai Swiss, Swiss mengirimkan 80,1 ton emas senilai 4,4 miliar franc Swiss ($ 4,4 miliar) ke daratan China selama bulan tersebut.

Seorang peneliti dan ekonom di Pusat Studi Asia Heritage Foundation, Min-Hua Chiang, percaya bahwa daya tarik untuk Mata Uang baru Rusia-China “akan terbatas” karena volume perdagangan yang kecil.

Baca Juga: Vitalik Percaya Volatilitas Crypto Akan Stabil Seperti Emas

Ia menyatakan: Bahkan jika kedua Negara menggunakan Mata Uang baru untuk transaksi perdagangan bilateral, volume perdagangan yang relatif kecil akan membatasi dampak terhadap dolar AS.

Data dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT), sebuah perusahaan pengiriman pesan keuangan global, menunjukkan bahwa 42,6% pembayaran global pada Agustus dalam dolar AS, 34% dalam euro, dan 2,3% dalam yuan Tiongkok.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Us Tiarsa

Sumber: Bitcoin.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X