Bisnisbandung.com - Inflasi di negara-negara Eropa melonjak karena perang di Ukraina telah mendorong harga barang-barang penting seperti pemanas, gas, dan makanan. Kebijakan "nol Covid" China berupa penguncian ketat dan pengujian massal terus mengganggu produksi barang yang membuat ekonomi global sekarang disebut ekonomi melambat.
Dan di seluruh dunia, akibat ekonomi melambat, bank sentral menaikkan suku bunga dalam upaya mengendalikan kenaikan harga dengan melemahkan permintaan konsumen juga membuat ekonomi global melambat.
Akibat ekonomi melambat, Dana Moneter Internasional telah menurunkan prospek pertumbuhannya untuk tahun 2023, memproyeksikan ekonomi global melambat dari 3,2 persen tahun ini.
Baca Juga: Di Era Ekonomi Sulit Ide Bisnis Ini Bisa Menguntungkan Lho Bagi Kamu. Simak Artikel Berikut
IMF mengatakan dalam sebuah laporan bulan lalu bahwa ekonomi global menghadapi "tantangan tajam" karena gangguan rantai pasokan terkait pandemi, perang di Ukraina, perlambatan ekonomi China, dan kenaikan suku bunga membebani pertumbuhan.
“Singkatnya, yang terburuk belum datang, dan bagi banyak orang tahun 2023 akan terasa seperti resesi,” kata organisasi tersebut dalam laporan tersebut.
Di Amerika Serikat, ketakutan akan resesi semakin meningkat dan inflasi tetap tinggi. Beberapa ekonom dan investor telah menyuarakan keprihatinan tentang kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve dan seberapa besar mereka dapat melemahkan ekonomi terbesar dunia itu.
Baca Juga: Indonesia Mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Hingga PLTS Terbesar Didunia
Dengan membuat uang pinjaman menjadi lebih mahal, bank sentral berusaha memperlambat permintaan konsumen, yang seharusnya menyebabkan pertumbuhan harga lebih lambat.
Tapi itu juga bisa memicu penurunan ekonomi jika bisnis secara signifikan memperlambat perekrutan atau memberhentikan pekerja sebagai tanggapan.
Namun, beberapa ekonom mengatakan Amerika Serikat sebenarnya berada dalam posisi yang lebih baik daripada banyak negara lain.
Baca Juga: Sekarang Waktunya Ekonomi Indonesia Anti Resesi
Negara-negara Eropa, misalnya, mengalami kemerosotan yang dramatis karena pasokan energi mereka semakin terpukul oleh perang di Ukraina. Banyak rumah tangga Amerika masih memiliki tabungan pandemi berlebih, dan pengangguran di Amerika Serikat tetap rendah.
"Kami menaikkan suku bunga cukup agresif dan kondisi pasar keuangan semakin ketat di AS," kata Ryan Sweet, kepala ekonom AS di Oxford Economics. “Tapi sejauh ini, ekonomi telah melewatinya dengan cukup baik. Inflasi tinggi di AS, tetapi tinggi hampir di mana-mana.”