Jabar pun menjadi provinsi dengan penggunaan LCS terbesar. Setidaknya da 439 perusahaan di Jabar yang menggunakan LCS dengan transaksi mencapai 912 ribu USD, dan mengambil porsi 29% dari total nasional.
Namun, Herawanto mengungkapkan, masih banyak perusahaan di Jabar yang melakukan perdagangan internasional dengan menggunakan mata uang dolar. Padahal transaksi tidak dilakukan dengan negara yang menggunakan mata uang dolar Amerika.
Menanggapi hal tersebut, sebagai salah satu perbankan yang menyediakan fasilitas LCS, Pemimpin Wilayah BNI Bandung, Maya Agustina mengatakan, untuk mengubah kebiasaan masyarakat khususnya pengusaha Indonesia dalam bertransaksi sangat sulit.
Dirinya pun memberikan contoh kesulitan yang dihadapi ketika Indonesia mengubah transaksi dari tunai menjadi nontunai.
Maya pun meyakini, jika pihak Bank Indonesia membuat istilah yang lebih mudah diterima masyarakat, sosialisasi LCS akan lebih optimal.
"Kan kalau kita Indonesia orangnya sangat banyak, heterogen pendidikannya, knowledge-nya beragam. Artinya, kita mendelivered itu harus yang gampang diterima. Jadi, mungkin harus ada istilah yang lebih gampang diterima," tuturnya.
Maya pun mengungkapkan, meski terseok-seok, jumlah transaksi yang menggunakan LCS mulai mengalami peningkatan. Tahun 2021, tercatat transaksi yang menggunakan LCS di BNI secara nasional mencapai 167 juta USD.
Baca Juga: Minimnya Kuantitas Dan Kualitas SDM menjadi Penyumbat Pertumbuhan Perbankan Syariah Di Indonesia
"Tahun ini, nambah dikitlah. Hingga Juni saja sudah mencapai 95 juta USD. Jadi kemungkinan hingga akhir tahun mencapai 2 kali lipatnya," ungkapnya.
Secara sinergis, LCS digagas atau difasilitasi oleh beberapa lembaga, diantaranya Bank Indonesia, kementerian, OJK, LPS, dan berbagai stakehoulder lainnya yang tergabung dalam gugus tugas atau task force nasional LCS.
LCS pun akan dibawa dalam agenda pembahasan global yaitu presidensi G20 mendatang. ***