Felicia menekankan bahwa kejatuhan IHSG ini didorong oleh sentimen negatif terhadap konsolidasi BUMN, yang memicu aksi jual di kalangan investor.
Felicia juga menggarisbawahi bahwa tren arus modal keluar (capital outflow) dari pasar saham Indonesia semakin meningkat.
Data menunjukkan bahwa sejak awal tahun, lebih dari Rp20 triliun dana asing telah keluar dari bursa efek.
Sentimen negatif ini tidak hanya disebabkan oleh pembentukan Danantara, tetapi juga oleh kebijakan efisiensi anggaran pemerintah yang memangkas belanja negara hingga ratusan triliun rupiah, sehingga memperburuk kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Dampak Efisiensi Bisnis Hotel di Ujung Tanduk, Dari Bintang Lima hingga Non-Bintang Terimbas
Felicia Putri menilai bahwa Danantara adalah kebijakan yang ambisius, tetapi sangat bergantung pada bagaimana eksekusinya dilakukan.
Jika langkah konsolidasi ini dikelola dengan transparan dan profesional, dampaknya bisa positif bagi perekonomian.
Namun, jika intervensi politik terus mendominasi keputusan perusahaan BUMN, Danantara bisa menciptakan monopoli baru yang justru menghambat daya saing.***
Baca Juga: Bangunan di Kaki Gunung Burangrang Disegel Satpol PP, Dedi Mulyadi: Izin Harus Diteliti!
Artikel Terkait
Danantara Dituding Jadi Instrumen Kekuasaan? Rocky Gerung: Ini ‘Dilema Titanic’
Bersih-Bersih BUMN, Langkah Awal Prabowo untuk Danantara? Pandangan Donny Manurung
Investor AS Ray Dalio Beri Masukan ke Danantara, Rosan Roeslani: Kami Bertukar Pikiran
Ferry Latuhihin Bongkar Risiko Prabowo Andalkan Danantara Bisa Bikin Krisis Sistemik
IHSG Terjun Bebas! Permasalahan Muncul Sejak Danantara Diluncurkan, Alifurrahman: Apa yang Tejadi?
Tak Ada Nama Titipan! Rosan Roeslani Pastikan Danantara Berjalan Profesional