Dalam beberapa tahun terakhir, pihak berwenang Jepang telah melakukan intervensi untuk menopang nilai mata uangnya, karena melemahnya yen mempersulit tujuannya untuk mencapai inflasi yang berkelanjutan, dan penguatan yen dapat membantu meningkatkan konsumsi domestik dan investasi lokal.
Jepang melakukan intervensi di pasar mata uang tiga kali pada tahun 2022, dengan menjual dolar AS sebagai cadangan untuk membeli yen. Tokyo diperkirakan menghabiskan sekitar $60 miliar untuk mempertahankan mata uangnya pada saat itu.
Pada hari Senin, setelah sempat mencapai titik terendah dalam beberapa dekade, yen menguat tajam, membuat para traders curiga bahwa setelah berminggu-minggu mengancam untuk melakukan intervensi, Jepang telah turun tangan untuk mendukung mata uangnya.
Diplomat mata uang utama Jepang, Masato Kanda, menolak berkomentar ketika ditanya apakah pihak berwenang di Tokyo telah melakukan intervensi.
“Langkah yang diambil hari ini, jika merupakan intervensi pihak berwenang, kemungkinan besar tidak akan menjadi sekali dan selesai,” kata Nicholas Chia, ahli strategi makro Asia di Standard Chartered Bank di Singapura.
Baca Juga: Fahri Hamzah Kritik Langkah PKS Bergabung ke Koalisi Prabowo-Gibran
“Kita mungkin mengharapkan lebih banyak tindak lanjut dari Kementerian Keuangan Jepang jika pasangan dolar/yen kembali bergerak ke 160. Dalam arti tertentu, level 160 mewakili pain threshold atau batas baru bagi pihak berwenang.”***
Artikel Terkait
Rupiah Anjlok ke Rp16.000 terhadap Dolar AS: Ketegangan Pasar Menyelubungi Antisipasi Terhadap Kebijakan The Fed
Ini Rencana Terbaru BRICS Untuk Menggantikan Dolar AS Sebagai Alat Transaksi Internasional
Deutsche Bank dan JPMorgan Berbeda Prediksi Terhadap Pergerakan Harga Bitcoin Setelah Halving
Angin Segar Bagi Bank Banten, RKUD Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten Segera Pindah ke Bank Banten
Anda baru Saja Menjadi Manajer? Berikut Tips Bijaksana Untuk Kelancaran Karir Anda
Pelaut Indonesia dan Filipina Layangkan Gugatan di Belanda