Bhima mengkhawatirkan hal ini bisa membuka celah bagi negara mitra lain untuk menekan Indonesia secara sepihak tanpa melalui forum resmi seperti WTO.
Ia juga mencermati bahwa negara-negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa cenderung menyeimbangkan negosiasi dagang mereka dengan ancaman retaliasi apabila ada kebijakan sepihak dari mitra dagang.
Berbeda dengan Indonesia yang saat ini dinilai terlalu pasif dalam mengantisipasi dampak lanjutan.
Dengan kondisi tersebut, pasar domestik Indonesia dikhawatirkan akan dibanjiri produk pertanian, buah-buahan, dan bahan pangan lain dari Amerika Serikat.
“Saya kira ini tidak menyelesaikan permasalahan fundamentalnya bahwa Indonesia tetap akan terpuruk dari sisi kinerja ekspor karena tarifnya 19%,” terangnya.***
Baca Juga: Dedi Mulyadi Menangis! Warga Makan Bangkai Ayam di Tengah Tumpukan Sampah TPA Sarimukti