Bisnisbandung.com - Akuisisi mayoritas saham Tokopedia oleh ByteDance mengundang banyak spekulasi di kalangan pelaku industri teknologi dan masyarakat umum.
Salah satu perhatian utama datang dari pengamat bisnis dan konten kreator Pak Win, yang menyoroti rekam jejak ByteDance dalam mengakuisisi platform digital sebelumnya.
“Dan ByteDance ini sebenarnya dikenal sebagai satu perusahaan yang, kalau akuisisi, biasanya dia matikan,” ucapnya dilansir dari youtube pribadinya.
ByteDance dikenal sebagai perusahaan teknologi global yang agresif dalam mengembangkan portofolio digitalnya, termasuk melalui akuisisi startup dan aplikasi potensial.
Baca Juga: PDIP Tanggapi Surat Permintaan Pemakzulan Gibran, Ketua DPP: Masih Sangat Panjang Sekali
Dalam beberapa kasus sebelumnya, ByteDance menerapkan strategi konsolidasi ekstrem setelah proses akuisisi selesai.
Beberapa platform yang sempat populer justru ditutup setelah aset utamanya seperti basis pengguna dan data berhasil diintegrasikan ke dalam ekosistem ByteDance.
Salah satu contoh yang paling dikenal adalah Musical.ly, sebuah aplikasi berbagi video pendek yang sempat populer di Amerika Serikat.
Setelah diakuisisi, ByteDance memindahkan penggunanya ke TikTok dan kemudian menghentikan operasional Musical.ly sepenuhnya.
Baca Juga: Golkar Dukung Gibran di Tengah Tuntutan Pemakzulan? Ini Tanggapan Putri Komarudin
Hal serupa juga terjadi di Indonesia melalui platform agregator berita BaBe, yang sempat populer dengan fitur berita kurasi dan tampilan khas. Setelah diakuisisi, BaBe tidak lagi beroperasi meski sempat bertahan dalam waktu singkat.
Dengan rekam jejak seperti ini, muncul pertanyaan serius di kalangan publik: apakah Tokopedia akan mengalami nasib serupa?
Sebagai marketplace digital terbesar yang lahir dan berkembang di Indonesia sejak 2009, Tokopedia telah menjadi bagian penting dari identitas e-commerce nasional.
Baca Juga: PDIP Disebut 'Pemain Cadangan' yang Siap Dirangkul Prabowo? Analisis Tajam Adi Prayitno