bisnisbandung.com Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bukan hanya memicu ketegangan dagang antara negara-negara besar, tapi juga berpotensi memberikan efek lanjutan bagi Indonesia.
Bhima Yudistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), menyampaikan kekhawatiran terkait kemungkinan lonjakan impor dari China ke Indonesia sebagai dampak tidak langsung dari kebijakan tersebut.
Trump mengumumkan tarif impor tinggi terhadap sejumlah negara, termasuk China dan Indonesia.
Baca Juga: Sopir Angkot Mengadu ke Dedi Mulyadi, Insentif Kami Dipotong Rp 200 Ribu, Pak!
Kenaikan tarif ini berlaku pada berbagai produk seperti tekstil, minyak sawit, dan komponen elektronik.
Dalam pernyataannya, AS menganggap beberapa negara melakukan manipulasi mata uang dan menerapkan hambatan perdagangan yang merugikan kepentingan industri dalam negeri mereka.
Sebagai tanggapan, Trump menaikkan tarif terhadap China sebesar 34% dan terhadap Indonesia sebesar 32%.
Bhima memandang bahwa kebijakan ini akan mempersulit akses ekspor China ke pasar Amerika Serikat.
“Tapi, di satu sisi yang lain, ketika China sulit masuk ke pasar Amerika karena banyak hambatan dagang, mereka akan mencari alternatif pasar,” ujarnya dilansir dari youtube Metro TV.
Sebagai konsekuensinya, China akan mencari pasar alternatif untuk menyalurkan produknya.
Indonesia dinilai sebagai salah satu tujuan potensial dari aliran produk tersebut. Ia mengingatkan bahwa tren impor Indonesia dari China sudah menunjukkan kenaikan signifikan.
Sepanjang tahun 2024, dari Januari hingga Desember, impor Indonesia dari China tercatat meningkat hingga 33%.
Baca Juga: Trump Naikkan Tarif Impor, Rocky Gerung: Ini Pukulan Telak untuk Ekonomi Prabowo