bisnisbandung.com - Neraca perdagangan Indonesia mencatat lonjakan signifikan sepanjang Januari–Agustus 2025. Berdasarkan data BPS, Kementerian Keuangan ungkap pertumbuhan perdagangan mencapai 52,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Capaian ini sebagian besar didorong oleh kinerja ekspor sektor industri pengolahan, khususnya logam dasar seperti nikel dan tembaga.
Ekspor Indonesia meningkat seiring implementasi hilirisasi mineral. Akumulasi ekspor hingga Agustus 2025 tumbuh 7,8% year-on-year, menegaskan bahwa komoditas logam tetap menjadi penopang utama surplus perdagangan.
Baca Juga: Eks Penyidik KPK Nilai Penanganan Kasus Korupsi Kuota Haji Sarat Kejanggalan
Kondisi ini semakin positif karena didukung perbaikan aktivitas manufaktur global. Indeks PMI dunia kini berada di level 50,6, menunjukkan tren ekspansi yang juga tercermin di sebagian besar negara G20, ASEAN, dan Indonesia.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai capaian ini membuktikan ketahanan fundamental ekonomi nasional di tengah dinamika global.
“Perubahan harga komoditas tersebut berdampak pada kinerja ekspor–impor Indonesia. Ekspor sangat terbantu, salah satunya oleh kinerja yang terdorong ekspansi harga nikel,” terangnya dialnsir dari youtube Kompas TV.
Baca Juga: Dekat dengan Rumah Presiden, Desa Sukawangi Terjebak Sengketa Kawasan Hutan Hambalang
Ia menekankan bahwa meski tensi perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok serta ketidakpastian geopolitik masih menjadi risiko, perekonomian dunia menunjukkan tanda pemulihan.
Menurutnya, turunnya suku bunga global, termasuk langkah The Fed memangkas bunga acuan, akan memberi stimulus tambahan bagi pertumbuhan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Purbaya juga menegaskan bahwa tren positif neraca perdagangan harus dijaga dengan kewaspadaan. Ia menyoroti fluktuasi harga komoditas yang masih tinggi, mulai dari penurunan batubara, lonjakan harga minyak akibat konflik Rusia–Ukraina, hingga penguatan harga CPO berkat permintaan India.
Baca Juga: Desa di Bogor Jadi Agunan Utang dan Terancam Dilelang, Mendes PDTT Angkat Suara
Kendati demikian, ia optimistis fase pemulihan global hingga 2030 akan memberi peluang lebih besar bagi Indonesia untuk memperkuat daya saing ekspor.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah per 19 September 2025 berada di Rp16.498 per USD atau melemah 3,5% year-to-date.
Artikel Terkait
Sri Mulyani Calon Presiden RI 2029-2034? Ikrar Nusa Bhakti: Rekam Jejaknya Layak Jadi Pemimpin
Di Tengah Krisis Global, RI Tegaskan Semangat Multilateralisme di Sidang Umum PBB ke-80
Subsidi Listrik Mau Dihapus Prabowo, Purbaya: Tarif Tak Naik, Tunggu Teknologi Baru!
Jokowi Restui Prabowo-Gibran 2 Periode, Adi Prayitno: Rakyat Cuma Penonton!
Jangan Kira Jokowi & PDIP Ditendang Prabowo, Adi Prayitno: Reshuffle Panas