bisnisbandung.com - Pasar keuangan Indonesia mengalami volatilitas signifikan di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah dan indeks saham.
Rupiah sempat menyentuh level Rp16.300 per dolar AS sebelum kembali ke Rp16.400, sementara IHSG yang sempat di atas 8.000 kini turun ke kisaran 7.600.
Cholis Baidowi, Direktur Utama Avrist Asset Management, menilai ada dua katalis utama yang menjadi penopang pasar keuangan: pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan pasar.
Pertumbuhan ekonomi mendorong kinerja laba emiten sehingga meningkatkan daya tarik saham, sementara kepercayaan terkait stabilitas, keamanan, dan keyakinan terhadap kebijakan pemerintah menjadi faktor penting bagi investor.
Baca Juga: Kuasa Hukum Keluarga Arya Daru Duga Ada Benang Merah Kematian Zetro dan Arya Daru
Di pasar saham, khususnya emiten perbankan besar, koreksi harga hingga 20–30% masih memungkinkan untuk pulih dengan cepat seiring perbaikan fundamental ekonomi.
“Jadi kalau menurut saya, ketika ada katalis yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi maka pasar saham itu akan bereaksi dengan sangat cepat,” terangnya dilansir dari youtube CNBC Indonesia.
“Untuk pasar saham, untuk pasar obligasi, ketika rupiahnya lumayan stabil, ketika suku bunga itu turun, itu akan berdampak positif bagi pasar obligasi,” lanjutnya.
Baca Juga: Praktisi Diplomasi Ungkap Kerentanan Diplomat di Tengah Konflik dan Kejahatan Terorganisir
Sementara itu, pasar obligasi menunjukkan daya tahan yang kuat, dengan yield obligasi pemerintah dan korporasi menurun sepanjang tahun.
Obligasi pemerintah tenor 10 tahun tercatat berada di level 6,3–6,4%, turun dari 7,2% enam bulan lalu. Cholis menekankan bahwa penurunan suku bunga acuan global, termasuk Fed Rate, akan memengaruhi arus modal asing ke Indonesia.
Posisi spread obligasi nasional yang lebih menarik dibandingkan Malaysia dan Thailand menjadi peluang bagi investor global untuk masuk kembali ke pasar Indonesia.
Kombinasi pertumbuhan ekonomi yang solid dan kepercayaan pasar yang terjaga diperkirakan akan menjadi katalis kuat bagi pasar saham dan obligasi Indonesia, sekaligus menjaga stabilitas keuangan di tengah ketidakpastian global.***
Baca Juga: Eks Kapuspen TNI Ingatkan Kasus Sensitif Harus Didiskusikan Internal, Bukan Langsung Dipublikasikan
Artikel Terkait
Menkeu Purbaya Beberkan Biang Perlambatan Ekonomi, Gara-Gara Uang Numpuk di Bank Sentral
Sri Mulyani Bisa Kaget? Adi Prayitno: Menteri Koboy Purbaya Siap Geber Ekonomi 7%!
Purbaya Alihkan Rp200 Triliun dari BI ke Perbankan, Awalil Rizky: Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh Lagi?
Ichsanuddin Noorsy Ungkap Akar Krisis Ekonomi Politik Indonesia, Sejak SBY hingga Jokowi
Ekonom Sebut Kesalahan Struktural Ekonomi Indonesia Butuh Perubahan Radikal