Bisnisbandung.com - Perbandingan hasil negosiasi perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat dengan hasil yang dicapai Vietnam kembali menjadi sorotan publik.
Vietnam sukses menurunkan tarif impornya menjadi 20 persen, sementara Indonesia masih menghadapi beban tarif sebesar 32 persen untuk sejumlah produk.
Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai strategi negosiasi dan faktor-faktor yang membedakan nasib kedua negara.
Mantan diplomat senior Indonesia, Ple Priatna, menjelaskan bahwa perbedaan hasil tersebut dipengaruhi oleh dinamika politik dagang yang terjadi di Amerika Serikat.
Baca Juga: Donald Trump Tekan Indonesia, eks Diplomat Senior: Kita Ditodong Dua Kali oleh AS
Salah satu faktor utama yang membuat posisi Vietnam berbeda adalah pendekatan awal mereka dalam negosiasi.
Vietnam sempat menawarkan tarif nol persen kepada Amerika Serikat, namun tawaran tersebut sempat ditolak karena adanya kekhawatiran bahwa Vietnam digunakan sebagai jalur relokasi produk-produk dari China.
Pada saat itu, sejumlah pengambil kebijakan AS, termasuk penasihat perdagangan Peter Navarro, menganggap bahwa pemberian tarif rendah ke Vietnam tetap merugikan Amerika karena dianggap tidak murni berasal dari perdagangan Vietnam.
Meskipun awalnya gagal, Vietnam tetap menjalankan jalur diplomasi yang konsisten dan pada akhirnya berhasil memperoleh penyesuaian tarif menjadi 20 persen, meskipun terbatas pada jenis produk tertentu.
Baca Juga: Said Didu Sebut KPK Masih Di Ujung Telunjuk Jokowi: Bobby akan Selalu Aman
Di sisi lain, Indonesia dinilai belum mendapatkan hasil yang sama. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan pendekatan dan jalur komunikasi dengan pemerintah Amerika.
“Nah, ini yang lucu. Terlalu banyak pintunya di Amerika waktu itu. Sehingga kita sendiri bicara dengan pejabat-pejabat formal di bidang perdagangan, sementara ada suara lain yang mungkin waktu itu masih kuat, yaitu Pak Navarro, penasihat yang tidak kita ajak bicara,” ujarnya dilansir daro youtube Metro TV.
Jika Vietnam sempat melakukan negosiasi langsung dengan penasihat dagang berpengaruh seperti Navarro, Indonesia lebih banyak berinteraksi melalui jalur formal, seperti Kementerian Perdagangan dan USTR (United States Trade Representative).
Baca Juga: Penuh Kejanggalan, Misteri Kematian Diplomat Muda Kemenlu di Menteng
Artikel Terkait
Mengungkap Rahasia Kesejahteraan, Pengamat: Kenapa Indonesia Lebih Bahagia dari Jepang dan Amerika Serikat?
Ujung Konflik Perang Dagang, Amerika Terbakar Api Sendiri? Sorotan Pengamat Bisnis
Prabowo Mania: Mahasiswa Jangan selalu Berpikiran Kepada Eropa dan Amerika, Kiblatnya itu Pindah ke Cina
Tumpas Premanisme dari Akar! Saor Siagian: Jika Negara Tak Tegas, Kita Bisa Jadi Amerika Latin
Dibalik Kritik Amerika Serikat, Ada Apa dengan QRIS dan Kepentingan Korporasi Global?
Politik Amerika Bergeser? Zohran Mamdani Ubah Peta Pemilu New York, Sorotan Dosen UI