Mungkinkah Tesla Bisa Lebih Stabil Tanpa Elon Musk? Analisis CEO Corporate Innovation Asia

photo author
- Minggu, 8 Juni 2025 | 11:30 WIB
dr Indrawan Nugroho, CEO Corporate Innovation Asia (Tangkap layar youtube dr Indrawan Nugroho)
dr Indrawan Nugroho, CEO Corporate Innovation Asia (Tangkap layar youtube dr Indrawan Nugroho)

bisnisbandung.com - Indrawan Nugroho, pendiri dan CEO Corporate Innovation Asia, memberikan analisis mendalam terkait isu masa depan Tesla di tengah wacana peran Elon Musk yang mulai dipertanyakan.

Menurut Indrawan, Tesla sedang berada dalam masa yang paling menantang dalam sejarahnya, ditandai oleh tekanan kinerja, penurunan penjualan, dan bayang-bayang kontroversi politik yang melekat pada sang CEO.

Dalam pandangan Indrawan, stabilitas Tesla saat ini terganggu oleh sejumlah faktor struktural dan strategis.

Salah satunya adalah melambatnya permintaan di pasar utama seperti China, Eropa, dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Diisukan Dewan Tesla Cari Pengganti Elon Musk, Benarkah Gara-Gara Aktif Terlibat Politik? Sorotan dr Indrawan

Tahun 2024 menjadi titik balik ketika penjualan global Tesla untuk pertama kalinya menurun sebesar 1,1%, hanya mencatatkan 1,79 juta unit. Margin kotor otomotif pun merosot ke level terendah dalam lima tahun terakhir, hanya menyisakan 14,6%.

Indrawan juga menyoroti kegagalan peluncuran Cybertruck sebagai beban reputasi tambahan bagi Tesla.

Tidak hanya gagal mencapai target penjualan baru terjual 46.000 unit dari target 250.000 kendaraan ini juga diterpa berbagai masalah teknis serius.

Mulai dari pedal akselerator macet hingga panel bodi yang terlepas saat kendaraan melaju, semua itu memperburuk persepsi pasar terhadap Tesla.

Baca Juga: Kecanggihan Politik Prabowo, Ada Upaya Lakukan Konsolidasi Terakhir untuk Lepas dari Bayang-Bayang Jokowi

Dalam konteks kepemimpinan, Indrawan melihat bahwa keterlibatan Elon Musk dalam politik termasuk dukungan terbukanya terhadap partai sayap kanan di Eropa dan kedekatannya dengan pemerintahan Trump menimbulkan efek negatif terhadap citra perusahaan.

Akibatnya, muncul gelombang boikot konsumen dari kalangan progresif, yang selama ini menjadi basis utama pendukung Tesla.

Tekanan terhadap Tesla makin terlihat ketika laba bersih kuartal pertama 2025 anjlok hingga 71%. Dalam waktu singkat, kapitalisasi pasar perusahaan menguap lebih dari 800 miliar dolar AS. Saham Tesla sempat jatuh hingga 45% sebelum sedikit pulih karena rebound pasar.

Baca Juga: Rocky Gerung Menerka Sinyal Di Balik Pertemuan Gerindra dan PDIP

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Durotul Hikmah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X