bisnisbandung.com - Pemerintah memutuskan untuk menambah porsi impor LPG dari Amerika Serikat hingga mencapai 70% dari total volume impor nasional.
Kebijakan ini dinilai sebagai langkah strategis guna menekan beban subsidi energi dan menjaga efisiensi belanja negara.
Menurut penjelasan Anggota Dewan Energi Nasional periode 2020–2024, pemilihan Amerika Serikat sebagai sumber utama impor LPG bukan semata soal kerja sama dagang, melainkan karena faktor harga.
Baca Juga: Final Liga Champions 2025 Bakal Pecah! Linkin Park Siap Bakar Suasana Munich Sebelum Kick-Off!
“Kenapa Amerika Serikat? Karena kalau di Amerika Serikat (AS), seperti yang saya sampaikan di depan, pola pendekatannya menggunakan pola harga Mont Belvieu,” ujarnya dilansir Bisnis Bandung dari youtube CNBC Indonesia, Sabtu (18/4).
“Mont Belvieu itu adalah cara atau skema harga yang diintroduksi oleh Amerika Serikat untuk LPG-nya. Sementara kalau kita mengambil dari Timur Tengah, kita menggunakan contract price dari Aramco,” terangnya.
Pasokan dari AS menggunakan skema harga Mont Belvieu yang dinilai lebih kompetitif dibandingkan skema contract price dari Timur Tengah, khususnya Aramco.
Baca Juga: Reshuffle Mendesak! Pengamat: Banyak Menteri Tak Mengerti Ideologi Prabowo
Selisih harga yang signifikan ini berdampak langsung pada pengeluaran negara, terutama dalam konteks subsidi LPG 3 kg yang dominan dikonsumsi rumah tangga.
Data menunjukkan bahwa sekitar 91,2% konsumsi LPG nasional digunakan oleh sektor rumah tangga, sehingga efisiensi harga sangat krusial dalam menjaga stabilitas fiskal.
Saat ini, volume impor LPG Indonesia berkisar antara 8 hingga 9 juta ton per tahun, dengan sekitar 6,9 juta ton berasal dari impor.
Dari jumlah tersebut, sebelumnya sekitar 54% atau 3,8 juta ton berasal dari AS. Penambahan porsi menjadi 70% berarti ada tambahan sekitar 1,9 juta ton LPG dari Amerika, tanpa meningkatkan total volume impor secara keseluruhan.
Baca Juga: Kritik Keras Pengamat untuk Roy Suryo: Tuduhan Ijazah Jokowi Palsu Adalah Kedunguan
Langkah ini dinilai menguntungkan karena mampu mengurangi beban subsidi sekaligus mempertahankan pasokan energi yang stabil.
Artikel Terkait
Menanggapi Tarif Trump, DPR Minta Pemerintah Negosiasi dengan Amerika Serikat
Indonesia Bukan Negara ‘Ecek-Ecek’ Guru Besar IPB: Saatnya Tantang Hak Veto Amerika
Siasat Amerika Serikat Mainkan Tarif Impor, Mantan Diplomat Soroti Agenda Tersembunyi
Indonesia Tidak Lagi Menarik Untuk Investor Amerika, Karena Terlalu Banyak Hutang ke China?
Posisi Dolar akan Terancam, Amerika Serikat Tidak Lagi Terdepan?
Ironis! Amerika Serikat Sekarang Tertutup, Cina Malah Terbuka, Sorotan Leonard Hartono