Pengalaman makan di restoran, berkumpul bersama teman, dan menikmati suasana mal juga menjadi daya tarik yang tidak dapat digantikan oleh layanan online.
Untuk menghadapi tantangan ini, pusat perbelanjaan telah beradaptasi dengan mengubah strategi mereka. Salah satu langkah yang diambil adalah memperbarui komposisi tenant.
Jika sebelumnya toko ritel mendominasi, kini mal memberikan lebih banyak ruang bagi tenant kuliner, hiburan, dan permainan.
Baca Juga: Lebaran 31 Maret? NU Ungkap Prediksi Idul Fitri 1446 H
Tedy menegaskan bahwa pusat perbelanjaan yang tidak mampu menghadirkan pengalaman unik bagi pengunjung akan menghadapi risiko penurunan pelanggan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, inovasi berkelanjutan dalam menciptakan suasana nyaman, menghadirkan hiburan, dan meningkatkan kenyamanan pengunjung menjadi kunci utama agar mal tetap relevan di tengah perubahan gaya belanja masyarakat.
Dalam situasi di mana daya beli masyarakat masih melemah, mal harus terus beradaptasi agar tidak hanya bergantung pada belanja ritel, tetapi juga menjadi pusat aktivitas sosial yang menawarkan pengalaman berbeda dari belanja online.***
Baca Juga: Bersih dari Pungli? Kapolres Bekasi Klaim Pengusaha Tidak Lagi Ditekan!
Artikel Terkait
IHSG Anjlok di Era Prabowo, Stefan Antonio: Tim Ekonomi Jokowi Gagal, Tapi Masih Dipakai?
IHSG Anjlok 7%, Sri Mulyani Buka Suara: Pondasi Ekonomi Indonesia Masih Kuat!
IHSG Ambruk, Rudi S Kamri: Krisis Ekonomi Sudah di Depan Pintu
Resmi! Indonesia Masuk New Development Bank, Prabowo: Ini Akan Percepat Transformasi Ekonomi
Indonesia di Ambang Krisis, Rocky Gerung: Kok Presiden Malah Santai?
Mirip Krisis 1998? Yanuar Rizky Soroti Anjloknya Rupiah dan IHSG