Ia menilai bahwa tindakan para pemimpin lokal dan institusi keagamaan mencerminkan keberanian untuk menjaga integritas moral, terutama ketika masyarakat berada dalam kondisi paling rentan.
Situasi di lapangan menunjukkan kerusakan masif. Lebih dari 3.500 rumah dilaporkan rusak berat, disertai kerusakan ribuan rumah lainnya dalam kategori sedang dan ringan.
Desa-desa tenggelam, lahan pertanian tertimbun lumpur, kendaraan hanyut, dan perkebunan rusak total.
Baca Juga: Dugaan Korupsi Jalan Sumut Berlarut, MAKI Gugat KPK Lewat Praperadilan
Di Sumatera Barat, kerugian ditaksir mencapai lebih dari Rp1,2 triliun. Jika dihitung bersama wilayah Aceh dan Sumatera Utara, total kerugian diperkirakan jauh lebih besar.
Selain kerugian material, banyak warga kehilangan mata pencaharian, termasuk petani, peternak, dan pelaku usaha kecil.
Sebagian penduduk juga masih mencari anggota keluarga yang hilang akibat bencana. Kondisi ini menandakan bahwa proses pemulihan tidak akan selesai dalam hitungan bulan, tetapi dapat berlangsung bertahun-tahun.***
Baca Juga: Ridwan Kamil Bantah Terima Aliran Dana Kasus BJB, KPK Tegaskan Bukti Mengarah Sebaliknya
Artikel Terkait
BMKG Ungkap Munculnya Anomali Cuaca Ekstrem di Sumatera dan Aceh Dipicu Kerusakan Lingkungan
Bencana di Sumatera dan Aceh, WALHI Sudah Ingatkan, Pemerintah Longgarkan Izin Eksploitasi Alam
Pengamat Tata Kota Tegaskan Kerusakan Lingkungan Jadi Akar Masalah Banjir Besar di Sumatera dan Aceh
Akses Darat Masih Putus Total di Hari ke-8 Bencana, Bupati Aceh Tengah Sebut 87 Desa Masih Belum Tersentuh Bantuan