Uganda, yang pernah menjadi simbol kemajuan dalam perang melawan HIV/AIDS, kini menghadapi kenyataan pahit.
Dari tahun 2010 hingga 2020, jumlah infeksi baru HIV menurun drastis dari 94.000 menjadi 38.000 jiwa. Namun, setiap minggu sekitar 1.000 infeksi baru masih terjadi.
Pada tahun 2022, diperkirakan ada 52.000 orang baru terinfeksi HIV dan 1.000 nyawa hilang akibat AIDS.
Baca Juga: BRI Tampilkan Perjalanan Transformasi Digital di Product Development Conference 2024
Lebih dari setengah populasi Uganda tidak memiliki akses terhadap air minum bersih. Banyak yang terpaksa menggunakan air kotor yang tidak diolah, meningkatkan risiko penyakit akibat kontaminasi.
separuh populasi menggunakan fasilitas sanitasi yang tidak higienis, seringkali terpaksa buang air besar di tempat terbuka.
Warga Uganda sering mengumpulkan air hujan karena sumber air terdekat memerlukan waktu setengah jam atau lebih untuk diakses.
Namun, air hujan yang mereka tampung sering terkontaminasi, menyebabkan risiko kesehatan.
Presiden Yoweri Museveni, yang berkuasa sejak tahun 1986, sering dikritik karena tindakan otoriternya.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Kecanduan Judi Online yang Bisa Kamu Coba
Museveni mempertahankan posisinya melalui berbagai taktik yang dinilai kontroversial, meningkatkan risiko konflik di antara masyarakat lokal.
Pada pemilu terakhir tahun 2021, Museveni dinyatakan menang dengan 58,64% suara, sementara pesaing utamanya, Bobi Wine, hanya memperoleh 34,83% suara. Kemenangan ini menimbulkan banyak kontroversi dan tuduhan kecurangan.
Uganda menjadi tuan rumah bagi banyak pengungsi, terutama dari negara-negara yang dilanda konflik seperti Sudan Selatan dan Republik Demokratik Kongo.
Pada pertengahan tahun 2023, Uganda menjadi negara penerima pengungsi terbesar di Afrika, dengan 950.562 pengungsi dan menerima sekitar 2.000 pendatang baru setiap hari.
Baca Juga: Prancis Berhasil Menang Melawan Belgia, Ketergantungan Terhadap Kevin De Bruyne Jadi Sorotan