Bisnisbandung.com - Keputusan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menutup sementara seluruh aktivitas tambang di Parung Panjang, Kabupaten Bogor, sejak 25 September 2025 menuai protes keras dari warga.
Ribuan orang termasuk emak-emak menyuarakan keluhan lantaran kebijakan ini dinilai mematikan mata pencaharian mereka.
Dalam surat resmi bernomor 7920/S09/Prek, Pemprov Jabar menjelaskan bahwa penutupan dilakukan setelah evaluasi menemukan aktivitas tambang masih menimbulkan gangguan serius, seperti kemacetan, polusi udara, hingga kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan.
Baca Juga: Klarifikasi Bobby Nasution Dinilai Terlambat, Polemik Plat Aceh Terlanjur Gaduh
Kerusakan bahkan terjadi berulang kali meski infrastruktur baru selesai dibangun.
Dedi Mulyadi menegaskan kebijakan ini demi kepentingan warga luas.
Menurutnya pembangunan infrastruktur akan sia-sia bila terus dirusak truk-truk tambang.
“Fokus kami adalah kenyamanan masyarakat. Semua pihak harus merasakan manfaat pembangunan tanpa ada yang dirugikan,” tegas Dedi Mulyadi dalam instagramnya.
Namun kebijakan ini ditentang sebagian warga Parung Panjang.
Baca Juga: Razia Plat Aceh di Medan, Bobby Nasution Dinilai Bisa Memicu Ketidakharmonisan Antar Daerah
Sejumlah emak-emak mengeluh lantaran suami mereka yang bekerja sebagai sopir atau buruh tambang kini kehilangan pemasukan.
“Kalau tambang ditutup kami makan apa? Anak-anak mau sekolah gimana? Kami butuh solusi bukan cuma penutupan,” ujar seorang ibu.
Mereka menilai keputusan ini terlalu mendadak dan tidak disertai kompensasi jelas.
Beberapa warga juga meminta agar pemerintah memberikan bantuan seperti sembako atau dana talangan selama tambang ditutup.
Baca Juga: Diprotes Soal Kebijakan Cukai Rokok, Menkeu Purbaya Tanggapi Kiriman Karangan Bunga