Bisnis Bandung - Menurut Analisis Pengamat Perdagangan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Yayan Satyakti, ada beberapa pertimbangan Tesla akan investasi di Indonesia, yang katanya akan berlokasi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Dikatakan Yayan Satyakti, salah satu faktor utama Tesla investasi di Indonesia, yaitu tariff impor Indonesia yang lebih menarik dibandingkan dengan India serta ekosistem industri Indonesia lebih kondusif dibandingkan India.
Selain tarif impor, pertimbangan lainnya Tesla akan investasi di Indonesia, yakni, infrastruktut energi, transportasi, dan pelabuhan serta yang paling utama adalah dekat dengan sumber daya alam, yaitu nikel sebagai bahan baku utama dalam batere Electric Vehicle, tegas Yayan Satyakti.
"Jika kita lihat pada saat ini, potensi industri Tesla sangat besar dan masih berkembang untuk menggeser mode transportasi yang berbahan fossil di tengah isu menurunkan global warming dengan strategi clean or green investment"
"Sebagaimana diketahui, tekanan terhadap penggunaan energi fossil akan menjadi kebijakan prioritas pasca pandemi dan perang Rusia - Ukraina", imbuhnya.
Walaupun secara portfolio investment, harga saham Tesla sudah mencapai titik optimal dan diekspektasikan bahwa kinerja pasar Tesla menurun, akibat daya beli global yang turun karena karena pandemi dan kompetitif dengan major brand dan long player seperti BMW, Volvo, Audi, dan Nio.
Tetapi menurut Yayan Satyakti, sejalan dengan isu climate change dan global warming Tesla masih akan bertahan sampai beberapa tahun ke depan.
Terobosan yang dilakukan pada saat ini, Tesla harus mengembankan target pasar lebih besar dan melakukan pergesseran dan menambah pasar terhadap potensi ekonomi baru setelah pandemik.
Indonesia seiring dengan pertumbuhan ekonomi sekarang, potensi pasar dan posisi strategis secara geografis mewakili itu.
Yang menjadi permasalahan bagi Indonesia pada saat ini yaitu kesiapan investasi dan infrastruktur pendukung selain kepastian hukum atau regulasi.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak, yakni pemerintah Indonesia dan pihak Tesla.
Baca Juga: Fakta Robot Humanoid Buatan Tesla?
Yang pertama yakni, kesiapan iklim investasi termasuk regulasi perdagangan internasional memang Indonesia bisa lebih kompetitif, tetapi masih banyak catatan yang harus diperbaiki terhadap UU Cipta Kerja yang harus ditinjdaklanjuti dan menjadi kepastian hukum bagi investor.
Selain hal itu, kita ketahui overlapping regulation antara pusat dan daerah terkadang menjadi kendala investor; sangat sayang jika masalah ini menjadi hambatan bagi investasi ini.
Kedua yakni, kesiapan infrastruktur seperti energi contoh ketersediaan listrik, dan pelabuhan.
"Saya kira, mungkin pada saat ini di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, karena tersedia kepastian lahan, tetapi di Jawa Barat juga memiliki potensi dengan program Rebana dan Pelabuhan Patimban dan itu ada di Perpres 87 Tahun 2021; perlu direspon dengan cepat, skenario infrastruktur tidak hanya di Jawa Tengah. Harus memperhatikan rantai pasok nya juga"
Pertimbangan yang ketiga yakni, kesiapan sumberdaya manusia dan transformasi teknologi.
Indonesia diharapkan dapat menyerap teknologi dan menjadi bagian rantai pasok dunia untuk memperoleh paten agar kita memiliki royalti dan pengmbangan inudustri masa depan, Perguruan Tinggi di Indonesia dan Pendidikan Menengah harus siap untuk hal ini, pungkasnya.
Analisis Yayan Satyakti tersebut diungkapkannya terkait, rencana Tesla yang akan berinvestasi di Indonesia, dengan mendirikan Industrinya. Dan pemerintah pusat menggadang-gadang di Kabupaten Batang, Jawa Tengah lah lokasinya.***
Artikel Terkait
Trabas Kembali Gelar Kegiatan Berbagi, Buka Puasa Bersama Anak Yatim Piatu, dan Hadirkan Ustadz Yuki Pas Band
BBAC 4x4 Bersilaturahmi dan Siap Menyelenggarakan Event Akbar
Inovasi Motor Berbahan Bakar Air, Bisa Tempuh 232 Km Hanya dengan Satu Liter
Jeffrey Polnaja (JJ), Solo Riding Dengan Motor Keliling Dunia, Ikuti Angin Dan Dengarkan Cerita Alam