"Club motor disana welcome abis, termasuk kepada gwa yang asalnya dari Asia. Apalagi setelah mereka tahu kalau gwa juga suka maen motor tua", ungkap Fery Maryadi.
"Waktu gwa riding di Amerika itu, sekitar tahun 2000 an. Waktu itu gwa backpacker-an sendiri ke Amerika, tepatnya di Washington DC"
"Waktu ke Amerika itu sebetulnya tidak ada niatan riding sebenarnya, mangkanya gak bawa perlengkapan apa-apa, cuma modal SIM internasional aja", imbuhnya.
Ferry Maryadi mengaku, yang dirinya dapat dari menggeluti, menggandrungi dunia motor, yakni kita bisa mengatur/mengendalikan emosi diri sendiri.
Baca Juga: KTM Rilis Motor Baru Rakitan Gresik Bergaya Adventure dan Naked Bike
"Mendapatkan stigma orang yang protektif terhadap teman, keluarga, komunitas, mungkin karena gwa terlahir dan juga besar dilingkungan orang motor. Dulu kalau ada masalah gwa gas duluan, emosian, sekarang relatief bisa kendalikan emosi"
"Tapi gwa sampai sekarang masih suka emosi kalau liat orang pakai motor sambil ngerokok"
"Terakhir minggu kemarin, ada yang naik motor, baranya kena gwa, pas dilampu merah, gwa bilangin, bang baranya kena gwa. Trus sipengendara motornya nggak matiin rokoknya, ya udah gwa remes rokoknya, gwa lempar kemukanya, tapi sebelumnya gwa ngomong baik-baik"
Uniknya lagi, dari kecintaanya pada dunia motor, terutama pada motor - motor tua, salah satunya Harley Davidson, anak pertamanya diberi nama Harleyava Princy.
"Kecintaan terhadap motor tua itu salah satunya seneng sama getarannya, wangi-wangian yang dikeluarkan dari mesinnya"
"Kalau anak-anak Bandung menyebutnya Bako, kalau kita udah motoran, jalan jauh, wanginya wangi tembakau"
"WL 750 kalau di Bandung, disebutnya 7.5 Bako. Wangi tembakau, gwa juga nggak ngerti kenapa bisa mengeluarkan bau tembakau"
Baca Juga: Inovasi Motor Berbahan Bakar Air, Bisa Tempuh 232 Km Hanya dengan Satu Liter
Beratraksi di Motor.
Selain gemar riding atau touring, Ferry Maryadi pun acapkali melakukan sejumlah atraksi di kuda besinya alias motor.