opini

Gonjang-Ganjing Harga Minyak Goreng

Selasa, 22 Februari 2022 | 19:24 WIB
Gonjang-Ganjing Harga Minyak Goreng

SEJAK  Januari hingga  Februari 2022, harga minyak goreng  melonjak. Masyarakat mengeluh karena tiba-tiba minyak goreng langka di pasar. Harganya terus meroket. Orang bertanya-tanya mengapa hal itu dapat terjadi di Indonesia, negara penhasil kelapa sawit terbesar di dunia. Banyak negara yang  menggantungkan kebutuhan minyaknya kepada Indonesia.

          Mulai tanggal 1 Februari, Menteri Perdagangan menetapkan Harga Eceran Tertinggi minyak goreng. Harga minya goreng curah Rp 11.500/liter. Minyak kemasan sederhana Rp 13.500, dan mintak kemasan premium Rp 14.000 – Rp 14.500/kemasan. Namun pada kenmyataannya, di pasar harga eceran jauh lebih tinggi. Minyak goreng dengan harga sesuai HET, dalam sekejap habis terjual. Toko swalayan dan pengecer di pasar tradisional mengalami kekurangan stok.

           Pemerintah, dalam hal ini Menteri Perdagangan mengeluarkan kebijakan khusus yakni penerapan satu harga minyak goreng, Rp 14.000/liter. Ternyata kebijakan satu harga itu tidak langsung meredakan gonjang-ganjing harga minyak goreng.  Titik apinya berada pada distribusi. Pasar mengalami kekosongan pasokan. Sudah dapat dipastikan kekurangan stok selalu diikuti dengan kenaikan harga. Artinya kebijakan Menteri Perdagangan bukan menentukan HET atau Satu Harga, tetapi membuka pintu bagi derasnya aliran minyak goreng ke pasar. Produksi minyak goreng segera dipacu. Operasi pasar yang terarah harus dilakukan secara lebih merata.

             Kelangkaan stok minyak goreng di pasar, dapat tejadi karena produksi di tingkat industi berkurang. Selain itu  distribusi akibat transportasi yang terkendala. Bisa saja kendalanya karena kebijakan PPKM akibat meningkatnya pandemi di berbagai daerah. Penyebab lainnya, akibat ulah kaum spekulan. Hampir tiap tahun, sejak dulu, menjelang Ramadan dan Idulfitri, banyak pedagang besar, menimbun barang dan akan dikeluarkan pada saat harga naik. Ternyata banyak spekulan yang ditengarai menimbun minyak goreng di gudangnya. Jelas penimbunan itu merupakan spekulsi yang merugikan rakyat bahkan termasuk kejahatan ekonomi. Kepolisian harus segera bertindak. Menyita barang yang ditimbunnya, kemudian menjualnya kepada pemasok atau langsung ke pasar.

             Kementerian Perdagangan sebaiknya melakukan penataan ulang pemasaran dan distribusi minyak goreng. Kebijakan HET dan Satu Harga, tidak akan dapat segera menanggulangi  gonjang-ganjingnya harga minyak goreng. Masyarakat tidak terlalu peduli terhadap kenaikan harga, bagi mereka yang penting minyak goreng tersedia di swalayan, pasar tradisional, dan warung eceran. (ustiarsa)***

 

Tags

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB