MENTERI Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, di tengah mulai menanjaknya ekonomi Indonesia, ekonomi Indonesia mengarah ke ekonomi hijau. Tren perekonomian dunia era sekarang tengah menuju ke industri yang lebih peduli terhadap lingkungan. Itulah yang disebut indistri sirkular atau hijau, dengan perinsip reducing, reusing, dan recycling. Bagi Indonesia, hal itu bukan barang baru. Sejak lama masyarakat mengenal industri daur ulang. Masyarkat Indonesia sudah sejak dulu memanfaatkan barang yang layak buang. Dimulai dengan industri wig, sobrah (penyambung rambut), dan rambut boneka. Bahan baku industri rumahan itu berupa rambut kusut yang memenuhi sisir. Banyak orang yang berkeliling ke rumah-rumah mengumpulkan rambut kusut. Kaum ibu yang mulai engeuh, rambut kusut yang menempel pada sisir itu tidak dibuang tetapi duikumpulkan kemudian dijual kepada pengapul. Masyarakat juga pernah memasuki era “mulung kuntung”. Banyak orang yang berprofesi sebagai pemulung puntung rokok di jalanan. Puntung itu dikumpulkan kemudian dijual kepada pengapul. Para pengapul membersihkan kertas dan filter rokok. Mereka mengumpulkan tembakau dari puntung itu dan menjualnya ke industri rokok rumahan. Ada juga yang mengumpulkan benang kusut (majun) dan kain perca dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Banyak pula orang yang berusaha dengan mengumpulkan berbagai macam kertas. Di samping mengumpulkan dari rumah ke rumah, ada pula yang membeli kertas lebih atau aval dari percetakan koran. Sebagian besatr kertas bekas itu didaurulang sebagai bahan campuran pembuatan bubur kertas (pulp) atau bahan utama pembuatan kertas. Kita juga sudah sangat lama memanfaatkan besi tua, tembaga, kaleng, kuningan, dan logam bekas pakai lainnya. Semuanya didaur ulang sebagai bahan industri kecil. Cukup banyak orang menjadi kaya raya sebagai pengapul barang bekas. Apalagi sekarang dunia tengah berada dalam sandera plastik. Sermua barang bekas yang terbuat dari plastik, dapat didaurulang, dibuat kristal plastik sebagai bahan industri plastik. Sekarang kaum industri dunia mulai melirik barang bekas sebagai bahan industri. Beberapa negara tidak lagi membuang atau mengekspor barang bekas karena semuanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar atau bahan tambahan industri. Banyak mafaat yang dapat dipetik dari era industr sirkuler itu. Antara lain, bahan industri tidak harus mengambil dari alam. Semua barang bekas dapat dijadikan bahan pokok industri. Karena semua barang terbuang itu dappat didaurulang, sedikit sekali barang yuang dibuang ke tempat sampah atau ke sungai. Perusakan lingkungan semakin berkurang. Karena itu industri sirkuler disebut industri hijau, industri yang berbasis reducing, reusing, dan recycling. Kelompok yang akan bergairah dengan berlakunya industri sirkuler pasti para pemulung. Kini giliran merekalah menikmati hasil berkotor-kotor di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Plastik yang selama ini menjadi bahan perusak lingkungan karena sulit terurai, kelak akan menjadi rebutan para pengapul. ***