COVID -19 masih menunjukkan peningkatan kasus terutama di luar Pulau Jawa. Tampaknya ada pergeseran lokasi penyebaran dari semua provinsi di Jawa dan Bali, kini memasuki pulau-pulau lain, baik di timur maupun barat. Pergeseran itu masih belum menjadi pertanda semua daerah di Jawa aman dari serangan korona.
Benar ada beberapa kota/kabupaten di Jawa yang mulai memperlihatkan penurunan kasus paparannya. Contoh kecil, Kabupaten Bandung yang akhir-akhir ini dinyatakan sebagai daerah merah, awal bulan Agustus serangan wabah makin menurun. Dari sekira 160 kasus baru, pada awal Agustus hanya tercatat 17 kasua. Meskipun Jabar masih belum benar-benar aman dari sergapan Covid-19, perekonomian secara sektoral mulai menggeliat.
Menurut catatan Pemprov Jabar, terjadi peningkatan investasi yang mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Badan Pusat Statistik merilis peningkatan investasi di Jabar. Pada laporan perekonomian Jabar disebutkan, investasi pada triwulan I 2021 meningkat tajam dibandingkan akhir tahun 2020. Angka prtumbuhan ekonomi Jabar meningkat dari minus 12,80% pada triwulan IV 2020 menjadi plus 2,52% (yoy) trwiluan awal tahun 2021.
Diyakini, perbaikan ekonomi itu didorong investasi baik PMA nmaupun PMDN. Sejak awal tahun 2021, pembangunan infratruktur, baik garapan pemerintah maupun berbasis penanaman modal, mulai berlanjut lagi. Hal itu mendorong perdagangan bergerak. Dikutip dari Laporan Perekonomian Jabar Mei 2021, investasi bergerak naik. Pada tahun 2020 berjumlah Rp 34,11 triliun, naik menjadi Rp 37,14 T awal tahun 2021.
PMA di Jabar awal tahun 2021 berjumlah Rp 21,09 triliun atau 56,80% dari total investasi di Jabar. Sedangkan PMDN berjumlah Rp 16,04 triliun atau 43,20% dari total investasi. PMA bergerak pada sektor pengolahan, transportasi, ,gudang, dan telekomunikasi, perumahan, kawasan industri, dan perkantoran. Industri otomotif, makanan dan minuman, serta industri penyedia data center juga menjadi incaran investor asing. PMDN bergerak pada pembangunan perumahan, kawasan industri, perkantoran, dilengjkapi sector konstruksi dan pengolahan.
Investor yang masuk Jabar, ternyata Korea Selatan menempati urutan pertama. Korsel menanamkan modalnya dalam pembangunan industri otomotif. Pembangunan pabrik otomotif Korsel di Bekasi merealisasikan investesi sampai Rp 7,62 triliun. Pembangunan pabrik tersebut meningkatkan perdagangan bahan bangunan, konstruksi, dan lapangan kerja. Setelah Korsel, Swis menempati urutan kedua dengan proyek industri makanan dan minuman. Pabrik mamin terbesar berbasis investasi Swiss dibangun di Karawang bernilai Rp 2,24 triliun. Baru kemuidian disusul Amerika Serikat. Negara adidahya itu menanam modal pada industri data center untuk mempercepat digitalisasi di Jabar. Investasi AS dalam bidang itu mencapai Rp 2 teriloun.
Proyek pemerintah berupa infrastruktur, seperti rel kereta api cepat, jalan tol, juga mendorong menguatnya ekonomi Jabar. Diharapkan pertumbuhan ekonomi Jabar terus meningkat di tengah perpanjangan masa PPKM. ***