SECARA resmi pemerintah memperpanjang masa PPKM sampai akhir Juli 2021. Hal itu dilakuklan karena kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Sampai Senin kemarin, keterpaparan Covid mencapai rekor tertinggi di dunia. Menurut catatan, kasus harian mencapai 56.757 melebihi kasus harian di Brazil yang selama ini memegang rekor tertinggi. Kasus kematian juga terus meningkat
Berkaitan dengan itu, vaksinasi terus didorong. Pemerintah membatalkan berlakuknya vaksinasi berbayar. Seperti semula, vaksinasi gratis dilakukan secara serempak di berbagai tempat melalui perusahaan dan BUMN. Keputusan pemerintah itu berdampak sangat luas dan risiko yang berat pula.
Masyarakat merasa PPKM merupakan hambatan yang sangat mengganggu mobilitas dan perekonomian rakyat. Banyak perusahaan yang akghirnya menutup usahanya dan melakukan PHK masal. Semua toko, kecuali penjual sembako dan makanan, ditutup. Akses ke kota tertutup rapat. Para pegawai dan buruih tinggal di rumah.
Masalahnya, para pedagang dan tenaga atau buruh harian, kehilangan mata pencahariannya. Karena itu pembatasan mobilitas masyarakat sangat sulit dilakukan. Banyak orang yang berusaha menerobos barikade. Mereka merasa nafkah mereka dipotong paksa oleh para petugas. Wajar kalau banyak orang yang melawan petugas. Namun pemerintah terpaksa mengambil jalan itu, “untuk menjaga keselamatan kita semua,” kata Presiden Jokowi. Pemerinath meminta, masyarakat melaksanakan dan mematuhi PPKM. Mobilitas masyarakat yang terbatas diprediksi akan mengurangi penyebaran corona.
Perpanjangan masa PPKM secara khusus sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, perekonomian nasional akan sangat terbebani. “Diperkirakan ekonomi nasional akan merosot hingga 4-5,4 persen,” kata Sri Mulyani. Sri berharap masyarakat memahami keputusan itu dan melaksanakan PPKM dengan disiplin lebih ketat. Hanya dengan disiplin,penyebaran pandemi dapat dikendalikan. Melandainya penyebaran Covid-19 akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Itu kata Menteri Keuangan. Ia juga meminta belanja pemerintah dipacu agar transaksi perdagangan berjalan.
Upaya penanggulangan kasus Covid-19 terus dilakukan, Selain vaksinasi masal yang lebih ditingkatkan, penemuan obat khusus Covid-19 juga terus dilakukan. Para ahli farmasi dan kedokteran Indonesia bersama-sama dengan lembaga-lembaga internasional, melakukan pemilahan obat paling tepat bagi pengobatan pasien Covid. Berbagai sampel obat yang digunakan para dokter di RS dan di klinik, dikumpulkan. Dari sekian banyak obat-jadi itu dipilih obat apa yang paling tepat menghilangkan wabah dari tubuh pasien positif Covid-19. Menurut beberapa ahli farmasi, obat-obat tersebut sudah selesai dipilah dan dipilih. Para ahli herbal sebenarnya sudah lama mencoba meramu berbagai bahan berbasis herbal. Diharapkan obat kimia dan herbal itu segera dapat digunakan secara resmi.
Benar, penemuan obat itu agak kasip, jauh tertinggal dengan ditemukannya vaksin. Beberapa negara justru lebih dahulu memproduksi vaksin. Sedangkan penelitian farmasi baru dilakukan setelah pandemi berlangsung. Karena kasus Covid-19 sudah meluas dan menimbulkan korban jiwa yang sangat banyak, yang dibutuhkan justru obat. Vaksinasi tidak dapat dilakukan terhadap orang yang terpapar Covid-19. Bagi orang yang belum terpapar, vaksinasi tentu sangat penting. Paradigma mencegah lebih baik darpada mengobati, masih tetap berlaku. Namun kasus Covif-19 sudah meluas, pasien antre masuk IGD dan tidak tertampung di ruang-ruang rawat inap, pengobatan menjadi sangat penting.
Penentuan obat paling mujarab itu menjadi agenda prioritas. Pandemi akan segera berkurang apabila masyarakat mendapatkan obat secara mudah dan murah. ***