TERCATAT, penambahan kasus baru Covid-19 sampai Rabu kemarin, mencapai 8.161 penderita. Dari jumlah itu, Provinsi Jawa Barat menyumbang 1.793 kasus baru. Daerah yang paling parah di Jabar dan masuk zona merah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Kabupaten Bandung (KB).
Tingkat hunian rumah sakit di semua kota dan kabupaten di seluruh Jawa Barat melonjak. Secara keseluruhan, hunian rumah sakit di Jabar mencapai 84,19 persen. Persentase itu melebihi ketentuan WHO yang mematok 70 persen. Bad Occupancy Rate (BOR) yang berjumlah 13.646 sudah terisi 85persen.
Rumah sakit rujukan terbesar di Jabar, Al Ihsan di Baleendah, Kabupaten Ban- dung terpaksa mengubah beberapa ruang rawat inap menjadi ruang isolasi pasien Covid-19. Namun tetap tidak dapat menampung semua pasien yang terpapar Covid-19. Banyak pasien yang diminta melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menetapkan Jawa Barat dalam keadaan Siaga Satu. Diminta semua warga menjaga diri dan keluarganya masing-masing. Tidak bepergian. Para pekerja melakukan pekerjaan di dan dari rumah (work from home/WfH). Menurut Erka (Kang Emil), lonjakan jumlah warga terpapar Covid-19 itu terjadi selepas libur panjang Tahun Baru dan Hari Raya Idulfitri Mobilitas penduduk yang mudik dan pulang mudik, meskipun dilarang, masih sangat tinggi. Akibatnyua peneyebaran virus corona makin meluas dan sulit dikendalikan.
Dampaknya terhadap ekonomi
Berkaitan dengan penetapan Jabar Siaga Satu, Gubernur Jabar menutup semua daerah wisata di Jabar. Daerah wisata di KBB dan KB yang menjadi favorit para wisatawan, dinyatakan tertutup. Wisatawan dari daerah lain di luar Jabar diminta tidak dating ke Bandung terutama daerah wisata.
Selepas Idulfitri, hampir semua daerah wisata di Jabar, khusrsnya di KBB dan KB selalu padat pengunjung. Pada hari-hari libur jalan ke Bandung Selatan dan Bandung Utara selalu ramai dan terjadi kemacetan. Dampaknya, mobilitas penduduk di selatan dan utara terhambat. Distribusi barang juga terdanpak kemacetan.
Pada satu sisi, ramainya pengunjung daerah wisata di Jabar, dapat menghidupkan perekonomian rakyat. Perusahaan transportasi umum yang selama pandemi seolah mati suri, beberapa bulan ini bergairah lagi. Sekarang dengan kebijakan baru akibat merebaknya pandemi di Jabar, bidang usaha masyarakat akan kembali terpuruk. Penutupan daerah wisata itu seiolah-olagh belenggu bagi perusahaan, terutama perusahaan rakyat.
Namun, keputusan penutupan itu merupakan pilihan yang harus diambil. Ketetapan itu harus dilakukan secara konsisten dengan pengawasan yang lebih ketat. Diharapkan keadaan darurat itu tidak belangsung lama. ***