opini

Kekeringan Lengkapi Penderitaan

Selasa, 15 September 2020 | 16:19 WIB
Kekeringan Lengkapi Penderitaan

    MUSIM kemarau sudah sampai pada ujung perjalanannya. Secara siklus, musim kemarau berlangsung sejak Maret hingga akhir Agustus. Sekarang sudah masuk bulan September. Bagi para petani di Jabar, khususnya, September merupakan awal musim hujan. Kita merasakan, minggu kedua September, terjadi perubahan cuaca. Awan mulai menyelimuti sebagian wilayah Jabar. Kemungkinan besar, dalam beberapa hari ke depan, hujan akan turun lebih sering. Beberapa hari ke belakang, di wilayah Bandung turun hujan meskipun tidak merata. Sebagian besar daerah kota, sebagian kecil wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, mendapat siraman air hujan.

    Hujan yang belum merata dan masih kecil itu, belum berpengaruh besar terhadap pergantian musim. Suhu panas pada siang hari (sampai di atas 30 derajat), masih berlangsung. Meskipun tidak separah tahun-tahun sebelumnya, kekeringan terjadi di beberapa daerah di Jabar. Dilaporkan ada tiga kecamatan di Kabupaten Bandung yang kekurangan air. Tiga kecamatan itu, termasuk daerah pelanggan banjir, yakni Baleendah. Lahan pertanian, baik persawahan maupun perkebunan, banyak yang kering sehingga petani gagal panen.

    Kekeringan terjadi juga di wilayah Kabupaten Sumedang. Banyak petani yang menderita gagal panen. Penanaman padi dan sayur mayur tidak dapat dilakukan karena persawahan lahan pertanian tidak mendapat pasokan air. Irigasi tidak berair, air tanah tidak ada, sungai jauh kalaupun ada, airnya sudah tak layak guna lagi. Bagi petani, kekeringan merupakan mala petaka yang berdampak luas. Gagal panen seolah kiamat sugro. Segala macam kebutuhan, baik pokok, maupun skunder, hanya dapat dipenuhi apabila panen berhasil. Sekarang segalanya seolah buntu. Ada pula petani sayur mayur yang panennya melimpah tetapi petaninya mengalami kerugian besar. Petani tomat kini sedang menderita. Hasil panennya mubajir karena harga tomat jatuh. Di tingkat petani hanya dibeli  Rp 2.000,- perklilogram, Di pasar tomat dijual Rp 10.000 tiga kg.

     Lengkaplah sudah, penderitaan rakyat. Setelah diterpa wabah corona yang berakibat buntunya hampir semua jalan hidup, kini harus ditindih lagi dengan gagal panen. Mereka tidak dapat bebuat banyak kecuali mengeluh. Untung, malapetaka kekeringan tahun ini tidak terlalu parah dibanding tahun lalu. Artinya bila pemerintah daerah mengucurkan bantuan bagi petami gagal panen, tidaklah terlalu berat. Kucurkanlah segera bantuan bagi para petani di samping tunjangan akibat Covid-19. Dalam hal ini, pemgawasan harus dilakukan lebih ketat. Bantuan bagi rakyat kecil, jangan sampai ada yang berani mengutip atau menyelewengkannya. ***

Tags

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB