opini

Kawasan Industri dan UMK

Jumat, 13 Desember 2019 | 07:15 WIB
OPINI Apa lagi yang Wanita Cari?

UPAH Minimum Kabupaten Karawang tertinggi di Indonesia. Bahkan menurut PR 12/12, UMK di Karawang itu lebih tinggi dibandingkan dengan upah buruh di Kualalumpur, Malaysia. UMK Kualalumpur itu direncanakan akan niak menjadi Rp 4.036 juta. Sedangkan UMK Karawang  sudah sampai pada angka Rp 4.594,324. Meskipun direncanakan akan dinaikkan, UMK Kualalumpur masih rendah  diban- ding Kabupaten Bekasi (Rp 4.589,00).

Ketetapan UMK di Jabar tahun 2020 tersebut merupakan hasil pertemuan semua komponen pengusaha, buruh, dan pemerintah daerah. Tentu saja besaran UMK yang cukup tinggi itu diterima secara berbeda-beda. Ada yang langsung setuju ada pula yang masih  berhitung. Para aktivis perburuhan masih menyisakan ketidakpuasan terutama karena perbedaan paham dalam memaknai Undang-undang Perburuhan dan ketetapan pemerintah. Sebagian pekerja meminta agar pengupahan dilakukan secara transparan dengan menghapus undang-undang  dan peraturan pemerintrah yang tidak berpihak kepada buruh.

Pada sisi lain, para pengusaha merasa besaran UMK itu menjadi beban sangat berat bagi industrl. Para investor tampaknya masih banyak yang belum menanamkan modalnya di Jabar. Mereka melihat, upah pekerja yang sangat tinggii itu  membuat  mereka sedikit ragu. Dampaknya, pemodal memilih lokasi perusahaannya. Kalau tidak melempar modal di Jateng dan Jatim, mereka memandang Malaysia lebih menjanjikan keuntungan yang lebih baik dibanding Indonesia.

Larinya kaum investor merupakan  sesuatu yang mengkhawatirkan. Apalagi makin banyak pengusdaha yang memilih hengkang dari Jabar. Tingginya upah pekerja di Jabar, khususnya di Karawang, Bekasi, dan Bogor, mendorong para pengusaha melakukan relokasi. Dampaknmya, di Jabar akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun pemerintah tampaknya masih memiliki nyali besar, investasi akan semakin deras masuk ke Indonesia.

Berdasdarkan optimisme  itulah,  pemerintah bertekad membangun kawasan industri. Semua industri yang tengah dipacu, diharuskan menempati kawasan-kawasan industri. Sekarang kawasan industri (kawin) di Indonesia sudah ada 103. Dari jumlah itu, 58 buah bearada di Jawa, yang lainnya berada di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Pembangunan kawin mendorong pertumbuhan industri yang diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Pemerintah dan sebagian rakyat, mengharapkan pembangunan kawin itu lebih diarahkan ke luar Jawa. Pulau Jawa merupakan pulau terkecil di antara pulau-pulau Sunda Besar. Penduduknya paling banyak. Berbagai fasilitas bagi perkembangan industri di Pulau Jawa tersedia. Apalagi kalau Pelabuhan Internasional Patimban dan Bandara Internasiolan Kertajati sudah benar-benar rampung ditunjang dengan infrastruktur yang lengkap, sungguh akan makin menarik kaum investor. Amat sulit bagi Pulau Jawa menghindar dari arus investasi. Pemerintah tidak mungkin memaksa mereka membangun kawasan industri di luar P. Jawa.

Meskipun UMK di jabar paling tinggi di Indonesdia, Jabar masih punya daya tarik tinggi bagi kaum investor. Pemda Provionsi Jawa Barat masih membuka diri bagi masuknya investasi. khususnya dalam bidang industri. Penetapan UMK di Jabar paling tinggi di Indonesia, tidak secara sertamerta menutup arus inmvestasi. Bahwa ada kebijakan upah besar di kawasdan Jabar,dengan tujuan terjadinya relokasi ke luar Jabnar,  investor baru, masih banyak yang memilih Jabar.

Berakiatan dengan itu, Jabar harus melakukan penjabaran ulang rencana pembangunannya. Pembangunan kawasan industri diarahkan ke wilayah bagian utara dan tengah.  Sedangkan kawasan selatan Jabar, lebih diarahkan untuk kawasan perkebunan, sentra hortikultura, dan kepariwisataan. Kita undang investor yang mau menanamkan modalnya pada bidang pertanian , industr kreatif, dan kepariwisataan.  Diharapkan Jabar akan tumbuh menjadi provinsi termaju tanpa polusi.  ***

Tags

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB