opini

Titik Pusat Ekonomi Jabar Mendekati Garis Pantai

Kamis, 14 November 2019 | 09:15 WIB
OPINI Apa lagi yang Wanita Cari?

BELUM genap setahun, setelah Bandara Kertajati dijadikan titik keberangkatan dan kedatangan pesawat terbang komersial domestik antar-pulau. Semua maskapai penerbangann yang melayani penumpang dari Jabar ke kota-kota di luar Jawa harus menjadikan Kdertajati sebagai basecamp menggantikan Bandara Husein Sastranegara di Bandung. Harapan pemerintah Kertajati akan segera hidup menuju Bandara Internasional terbesar kedua di Indonesia.

Pada kenyataannya, kini maskapai yang masih bertahan di Kertajati hanya tinggal satu atau dua lagi. Yang lain, sudah kembali ke Soekarno Hatta, Jakarta. Sedangkan yang sudah biasa berpangkalan di Husein Sasdtranegara, belum dapat kembali ke Husein,karena peratutan mengharuskan, Bandara Husein Sastranegara menjadi titik keberangkatan dan kedatangan bagi pesawat yang melayani penerbangan di seputar P. Jawa.

Maskapai berniat meinggalkan lagi Bandara Kertajati karean sampai hari ini, jumlah penumpang melalui BIJB itu, makin susut bahkan tidak ada. Para penumpang pesawat memilih Bandara Soekato-Hatta,Cengkareng daripada harus berlama-lama menuju BIJB. Untuk menuju BUJB, kita memerlukan waktu cukup lama karena infrastruktur berupa jalan dan jembatan belum rampung. Jalan tol Cisumdawu yang digadang-gadang sebagai infrastruktur yang memudahkan para calon penumpang keluar-masuk BIJB, sampai sekarang belum rampung. Melihat proses pengerjaan  jalan tol itu, tampaknmya, masih membutuhkan waktu cukup lama. Sedangkan jalan arteri, Bandung-Cirebon melalui Tanjungsati dan Cadas Pangeran, selain sempit, betrkelok-kelok,juga rawan longsor serta selalu diwarnai kemacetan di Jatinagor dan Cadas Pangeran.

Calon penumpang dari Bandung menuju Kertajati harus berjibaku menerobos kemacetan. Sedanmgkan kalau menggjunakan jalan tol, orang harus berputar menuju Purwakarta kemudian masuk Tol Cipali ke Kadipaten. Jaraknya tiga kali lipat dibanding Bandung Kertajati melalui jalan arteri Bandung-Sumedang.  Akibatnyua, susdah dapat diprediksi sejak lama, BIJB akan ditinggalkan maskapai penetrbangan dan pafra penum[pangnya. Msereka tanpa keslituian apa-apa, kembali ke Cengkareng.

Secara teori, keberadaan Bandara Kertajati di Majalenhka akan mendoriong Jabar menjadi provinsi termaju di Indonesia. Jawa Barat merupakan kawasan yang sangat potensial untuk menumbuhkan kawasan ekonomi baru. Pemerintah yakin, Jabar akan lebih maju dan masyarakatnya akan sejahtera setelah dibukanya akses ke titik-titik pengembangan ekonomi tersebut.

Menurut para pengamat dan pemerintrah,  Jabar tidak lama lagi akan memiliki dua titik pertumbuhan ekonomi yakni Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati, Majalengka. Infrastruktur menuju BIJB itu sedang dipersiapkan. Jalan tol Cisumdawu akan menghubungkan Bandung-BIJB sedangkan Jakarta-BIJB pada dasarnya sudah terhubung dengan dibuatnya jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali).

Pemerinrah pusat juga menunjuk Sukabumi sebagai titik pertumbuhan ekonomi baru di Jabar.. Pertumbuhan di selatan itu terpacu dengan diakuinya Ciletuh, Palabuhan Ratu sebagai geopark dunia oleh UNESCO.

Daerah selatan akan tumbuh sebagai destinasi wisata. Selain Ciletuh, pantai selatan Sukabumi memiliki pantai Palabuhan Ratu yang terkoneksi dengan kawasan wisata lainnya seperti Banten, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, sampai ke Pangandaran. Pengembangan daerah selatan itu didorong dengan pembangunan jalan tol Ciawi-Bogor-Sukabumi, pembuatan jalan kereta api rel ganda, dan peningkatan jalan lintas selatan. Agar jarak tempuh Jakarta-Sukabumi lebih singkat lagi, menurut Menhub, pemerintah mulai membangun bandara di Cikembar sehingga akses ke pantai selatan semakin mudah.

Namun pada kenyataannya, baik Kertajati m,aupun Cil;etuh belum benar-benar menyentuh target yang ditetapkan. Kendala utamantya, pembangunanj infrastruktur yang terlaklu lamban. Jalan tol atau jalan lain menuju dua titik harapan itu tidak kunjung usai. Jabar belum ditakdirkan menjadi provinsi termaju di Indonesia.

Segalanya masih terkendala berbagai masalah. ***

Tags

Terkini

SMK Go Global dan Arah Pendidikan Kita

Senin, 8 Desember 2025 | 19:00 WIB

Ketika Budaya Masuk, Keyakinan Tersentuh

Senin, 1 Desember 2025 | 11:00 WIB

Kisah Desa Wisata yang Mencari Jalan Pulang

Senin, 1 Desember 2025 | 10:01 WIB

Judol, Ketika Kebebasan Berubah Menjadi Jerat

Jumat, 21 November 2025 | 14:20 WIB

Di Antara Idealisme dan Royalti

Rabu, 12 November 2025 | 06:00 WIB

Percakapan tentang Setetes Kehidupan

Sabtu, 1 November 2025 | 18:00 WIB

Jabat Tangan di Bawah Langit Islam

Senin, 13 Oktober 2025 | 20:35 WIB

Bandung di Persimpangan

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Mimpi di Balik Gerobak

Rabu, 24 September 2025 | 09:45 WIB

Generasi Patah Sayap, Mimpi yang Terkubur

Senin, 15 September 2025 | 21:30 WIB

Saat Gizi yang Dijanjikan Membawa Nestapa

Jumat, 5 September 2025 | 12:30 WIB

Butiran Air Mata di Karung Beras

Jumat, 18 Juli 2025 | 17:00 WIB

Pak, Tahun Depan Aku Masih Bisa Ngajar, Nggak?

Selasa, 15 Juli 2025 | 10:30 WIB

Sungai Itu Masih Ingat Namamu

Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Sebuah Suara dari Desa untuk Negeri

Selasa, 1 Juli 2025 | 21:00 WIB

Cara Mendengar Suara Tuhan, Secara Mudah

Minggu, 29 Juni 2025 | 19:30 WIB