Kehadiran Rusia di G20, Mengancam Eksistensi Kepresidenan G20 Indonesia

- Jumat, 15 April 2022 | 12:00 WIB
Keberadaan Rusia di G20, bak simalakama (Instagram/ jokowi)
Keberadaan Rusia di G20, bak simalakama (Instagram/ jokowi)

Bisnis Bandung - Pengamat Perdagangan Internasional/Dosen Perdagangan Internasional Universitas Widyatama, Dwi Fauziansyah Moenardy S.IP,. M.I.Pol mengatakan, tahun ini Indonesia akan menjadi tuan rumah pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi G20.

Secara singkat G20 Kelompok Duapuluh atau G20 adalah kelompok yang terdiri 20 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa.

Dan pada tahun ini, G20 akan dilaksanakan di Bali.

Konferensi Tingkat Tinggi G20 Bali adalah pertemuan ketujuh belas Kelompok Duapuluh mendatang.

Konferensi Tingkat Tinggi atau GTT G20 tersebut, dijadwalkan akan berlangsung di Bali, Indonesia, pada tahun 2022.

Presidensi Indonesia akan mulai berlangsung dari 1 Desember 2021 hingga KTT pada kuartal keempat tahun 2022.

Penyelenggaraan tahun ini sebagai presidensi Indonesia mendapatkan banyak tekanan dari nagara-negara anggota karena Indonesia memutuskan untuk tetap mendundang Rusia ditengah invasi yang dilakukan Rusia di Ukraina.

Baca Juga: Sanksi Ekonomi Rusia Berimbas Pada Stabilitas Minyak Dunia Serta Pada Kenaikan Pertamax Di Indonesia

Seperti yang diketahui bahwa Rusia menjadi salah satu negara anggota G20 dan betapa pentingnya G20 bagi masyarakat dunia.

Karena G20 berbicara bagaimana mengelola dan mendorong pertumbuhan ekonomi dunia, dengan invasi Rusia ini tentunya akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi setiap negara di dunia.

Begitupun Indonesia yang sudah terasa dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax awal April ini.

Banyak negara anggota G20 yang merupakan pemimpin utama ekonomi dunia meminta Indonesia untuk tidak mengundang Rusia. Salah satunya Joe Biden, Presiden Amerika Serikat bahwa Rusia seharusnya dikeluarkan dari G20.

Penolakan lain datang dari Perdana Menteri Australia, Scott Marison, yang mendesak Indonesia untuk menolak kedatangan Rusia.

Sebelumnya hal yang sama pernah terjadi di tahun 2014 dimana saat rusia dikeluarkan dari keanggotaan G8 dan sekarang menjadi G7 karena pencaplokan Krimea.

Melihat kondisi yang hampir sama, tentu hal ini menjadi tekanan yang besar bagi Indonesia sebagai presidensi.

Halaman:

Editor: Yayu Rahayu

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X