Bisnis Bandung - Pakar Perdagangan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Yayan Satyakti mengemukakan, saat negara lain menaikkan harga BBM, pemerintah menahan kenaikan harga, terutama Pertalite (RON 90) dan Pertamax (RON 92).
Tapi untuk Pertamax Series dan Dex (RON 95 ke atas) sudah dilakukan penaikan oleh Pertamina sebagai badan usaha. Mestinya, kalau tak naik, pemerintah alokasikan untuk subsidi bagi Pertamina.
Apalagi ada windfall profit. Keekonomian pertalite Rp 11.000 ribu lebih dijual Rp7.650. Pertamax dijual Rp 9000 keekonomian Rp 12 ribu lebih per liter. Masalahnya, pemerintah juga butuh dana untuk menambah defisit.
Baca Juga: Potensi Keuntungan bagi Investor di Pasar Crypto Setelah Melewati Fase Konsolidasi di Kuartal I 2022
Belum lagi dana PEN (pemulihan ekonomi nasional) yang mesti dianggarkan karena sudah masuk di APBN. Kenaikan harga minyak selama tiga bulan terakhir ini memang tidak diperkiran, eskalasi harga minyak akibat perang/konflik Ukraina – Russia meningkatkan harga minyak dengan eskalasi yang signifikan.
Bagi Indonesia sebagai negara net importir kenaikan ini akan meningkatkan beban ekonomi khususnya kemandirian energi.
Sistem kemandirian energi Indonesia yang lemah akan dengan mudah menurunkan kemandirian ekonomi dan memberikan dampak terhadap seluruh aktivitas ekonomi yang menggunakan energi minyak bumi.
Baca Juga: Pembahasan UU IKN Minim Partisipasi Publik
Walaupun Indonesia diuntungkan dengan harga minyak yang tinggi karena penghasil minyak dengan kualitas yang baik, tetapi pasokan BBM Indonesia sepenuhnya dari impor.
"Selain sistem kilang minyak kita yang masih terbatas karena masih memproses minyak Timur Tengah bukan minyak produsen domestik. Dengan adanya disrupsi global akibat pandemic dan perang/Konflik (termasuk perang Rusia- Ukraina) akan mempersulit posisi neraca energi Indonesia pada tahun 2022 ini kata Yayan Satyakti Kepada Bisnis Bandung (BB), di Bandung
Yatan Satyakti yang berprofesi sebagai Akademisi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad ini memaparkan, jika kita melihat persentase perubahan stok Indonesia dan harga minyak, sistem stok Indonesia akan terganggu sebanyak 4%.
Baca Juga: Setuju atau Tidak Putin Menghadiri KTT G20 di Bali,Indonesia ?
Hal ini disebabkan eskalasi yang terjadi belakang ini, kesenjangan antara harga internasional dan domestik dapat menyebabkan kelangkaan penyediaan BBM di dalam negeri.
Alangkah baiknya, harga domestik harus mendekati harga internasional minimal 80-90% dari harga internasional untuk menjaga keseimbangan agar pasar domestik tetap terjaga dan untuk menghidari kelangkaan supply karena BBM bisa diselundupkan ke luar negeri.
Walaupun memang harga BBM lebih mahal, akan tetapi supply bisa dijaga daripada harga murah tetapi berbondong-bondong antri. Bagi masyarakat yang tidak mampu. Sistem kartu pintar Golongan Masyarakat Miskin untuk memperoleh layanan BBM difokuskan pada beberapa pusat perdagangan tertentu untuk menjaga keefektifan subsidi.
Baca Juga: Busyro : Keledai Politik Oligarki Bisnis Gelap Dan Melanggengkan Kekuasaan
"Harga keekonomian ini berfungsi untuk mencari alternatif energi baru dan terbarukan dan mengedukasi masyarakat agar masyarakat menghemat energi minyak yang memang sudah tidak murah lagi.
Hal ini untuk mengurangi beban subsidi migas dari APBN seperti listrik dan gas LPG 3 kg dan yang pasti ke komoditas turunan yang menggunakan migas seperti petrokimia pada industri pupuk dan lainnya. Walaupun secara aggregate", paparnya.
Bagaimana dengan konsumen Pertalite mencapai 52% nasional, apakah tidak sebaiknya peruntukannya juga dibuat jelas bahwa bbm RON 90 itu untuk kategori kendaraan tertentu.
Baca Juga: Legalisasi Harga Daging Sapi
Misalnya sepeda motor dan kendaraan logistic plus mobil di bawah 1300 CC? Konsumsi Pertalite 2021 mencapai 23 juta KL, naik dari 2020 yang 18 juta KL.
Kebijakan pemerintah untuk mempertahankan Pertalite adalah sangat baik untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi selama tahun 2022.
Jika kita lihat daya tahan ekonomi Indonesia, permasalahan yang dihadapi pada saat ini yaitu menjaga stockpiling manajemen domestik. Manfaat dari hal ini yaitu meningkatkan produktivitas komoditas domestik sebagai subtitusi impor dan meningkatkan stabilisasi harga. Hal ini untuk mencegah dampak kesenjangan supply domestik dan ekspor.
Baca Juga: Konflik Rusia dan Ukraina Berdampak Terhadap Fuktuasi Harga Emas
Jika kita lihat eskalasi peperangan harga minyak saat ini, stok tambahan BBM agar stabil harus di tambah minimal 20-30% dari stok yang ada untuk menghindari eskalasi harga internasional yang tidak pasti dan mempertahankan harga Pertalite diatas. Jika hal ini tidak dilakukan maka sudah dipastikan fluktuasi harga menjadi sangat rentan dan tidak baik bagi perekonomian;
Kalau harga Pertalite dan Pertamax ditahan harganya, badan usaha rugi. Apakah bisa dilakukan misalnya yang naik Pertamax saja? Apakah misalnya, kenaikan Rp 1.000 per liter bagi Pertamax, potensi kenaikan inflasi sangat kecil ketimbang kenaikan harga Pertalite?
Kebijakan untuk menahan Pertalite tidak akan efektif, jika ada kekhususan seperti itu. Fungsi pemerintah hanya menyediakan alternatif bagi masyarakat. Bahkan jika diversifikasi BBM semakin banyak dan mudah dijangkau akan semakin baik bagi masyarakat.
Baca Juga: Akhirnya Eiichiro Oda Perlihatkan Desain Kostum Baru Kru Topi Jerami di Serial Anime One Piece Film Red
"Yang paling penting jika diasumsikan bahwa stockpiling Pertamina seperti pada poin 2 dipenuhi saya kira kondisi ini bisa dijaga dengan baik. Akan tetapi, jika pasar domestik tidak dijaga dengan baik, kemungkinan kesenjangan harga antara eskpor dan domestik, akan mengurangi dilematika ketersediaan pasar domestik" kata Yayan Satyakti
Pakar Perdagangan Unpad iti mengimbuhkan, bagaimana dengan kenaikan Rp 1.000 per liter bagi Pertamax, potensi kenaikan inflasi sangat kecil ketimbang kenaikan harga Pertalite? menahan Pertalite dan Pertamax tidak baik bagi perekonomian.
Kenapa? Karena jika ditahan akan memberikan cost yang lebih banyak bagi ekonomi. Fungsi nilai keekonomisan dari harga ini karena untuk mengurangi impor migas, sulit untuk mengurangi konsumsi migas terkecuali dengan menaikkan harga.
Baca Juga: Resmi Meluncur di Indonesia, Generasi Terbaru HR-V Dibekali Fitur Keselamatan Honda Sensing
Mungkin harga akan naik, tapi menunggu momentum yang tepat searah dengan pemulihan ekonomi yaitu ketika momentum demand semakin membaik. Mungkin bisa terjadi di pertengahan tahun ini atau 2-3 bulan ke depan ketika demand pulih lebih baik. Kalau sekarang sepertinya too early. Tetapi bisa dimungkinkan bahwa kenaikan harga minyak internasional akan memberikan windfall profit bagi Pertamina melalui ekspor migas, pungkasnya kepada BB.***