Refly Harun mengungkapkan bahwa jika semua partai politik berada di bawah kendali Prabowo maka Gibran bisa saja “dibuang” atau kehilangan posisi politiknya.
Prabowo dengan kekuatan politik yang semakin besar akan memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan pergerakan partai-partai di Indonesia.
Refly Harun menilai jika Prabowo menginginkan Gibran mundur, ia bisa menggunakan berbagai isu untuk menyingkirkan putra Jokowi tersebut.
Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa politik adalah permainan yang cepat berubah dan Gibran mungkin kesulitan bertahan di tengah dinamika politik yang kompleks.
Baca Juga: Megawati Seperti Memberikan Tekanan Psikologis Pada KPK, Adian Napitupulu Beri Penjelasan
Refly Harun juga mencatat bahwa meskipun Megawati dan Prabowo memiliki hubungan yang cukup tegang keduanya sebenarnya memiliki kepentingan yang sama dalam hal kekuasaan.
Megawati yang sudah terbiasa dengan kekuasaan dan jabatan tinggi tentu tidak ingin PDIP hanya menjadi partai oposisi.
Dalam pandangannya megawati lebih memilih untuk berkoalisi dengan Prabowo agar PDIP bisa kembali mendapatkan posisi strategis dalam pemerintahan yang akan datang.
Menurut Refly Harun "Hubungan mereka tidak selalu harmonis dalam politik kepentingan bersama seringkali mengalahkan perbedaan pribadi."
Baca Juga: Budayawan Mohamad Sobary Sebut Mulyono Kehilangan Kiblat Semenjak Dipecat PDIP
Prabowo pun diperkirakan akan membutuhkan PDIP dalam membentuk pemerintahan yang solid dan ini membuka peluang besar bagi persatuan kedua partai tersebut.
Namun Refly Harun juga menegaskan bahwa meskipun semua partai besar berkoalisi oposisi tetap memiliki peran penting dalam menjaga pengawasan terhadap pemerintahan.
"Meskipun sulit ruang bagi kritik dan kontrol tetap ada bahkan di tengah dominasi pemerintahan yang semakin terpusat," tutupnya.***