Respons Lambat Pemerintah Dinilai Memperburuk Dampak Kebijakan Tarif Trump

bisnisbandung.com - Dampak kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai terasa terhadap perekonomian Indonesia.

Ekonom Ferry Latuhihin menyoroti bahwa respons lambat dari pemerintah dalam menghadapi kebijakan ini bisa memperburuk situasi, terutama bagi sektor industri dan tenaga kerja.

Kebijakan Trump yang menerapkan tarif tinggi terhadap sejumlah produk ekspor, termasuk dari Indonesia, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku ekonomi.

Baca Juga: Trump Naikkan Tarif Impor, Rocky Gerung: Ini Pukulan Telak untuk Ekonomi Prabowo

Beberapa lembaga internasional, seperti OCBC dan ICBC, bahkan telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sebelumnya 4,9% menjadi hanya 4,7%.

“Saya lihat tadi OCBC telah men-downgrade pertumbuhan ekonomi kita dari 4,9% menjadi 4,7% akibat ulahnya Trump,” ungkap Ferry dilansir dari youtube Metro TV.

Koreksi ini mencerminkan kekhawatiran akan berkurangnya kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut Ferry, tekanan terhadap sektor ekspor diperkirakan akan berdampak langsung pada dunia usaha, khususnya industri padat karya seperti tekstil, alas kaki, pakaian, hingga furnitur.

Baca Juga: Ancaman Bagi Pemimpin Pembohong, Hendri Satrio: Akan Kena Azab!

 Bahkan sebelum tarif diberlakukan, sektor tekstil sudah mulai mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Dengan diberlakukannya tarif tambahan, risiko peningkatan PHK menjadi lebih besar.

“Nah, sekarang dikenakan lagi tarif di sektor yang sama. Saya kira ini  memperburuk suasana,” gamblangnya.

“Ya, bukan tidak mungkin PHK akan bertambah, gitu loh. Hitung-hitungan logikanya seperti itu. Rasionalnya ya, nah, sekarang bagaimana pemerintah menghadapi ini?” lugasnya.

Baca Juga: Adi Prayitno: Didit Prabowo Idola Baru yang Mencairkan Ketegangan Politik Tanah Air

Ia menilai bahwa pemerintah perlu segera mengadopsi kebijakan mitigasi yang efektif dalam menghadapi tekanan eksternal ini.