Emrus Sihombing menekankan "Seolah-olah dijual suara itu diperdagangkan sehingga mendapat kursi kabinet."
Ini menimbulkan pertanyaan serius terkait pelanggaran etika dalam proses politik, terutama dalam pemilihan umum.
Pelanggaran etika dalam proses politik harus diperbaiki ke depan, dan partai politik seharusnya tidak meninggalkan para pemilihnya dengan bergabung dengan koalisi yang kalah.
"Kalau bergabung katakanlah partai-partai yang kalah atau calon-calon yang kalah kepada Prabowo saya mempertanyakan apakah sudah putus urat malunya," ucapnya.
Baca Juga: Ini Dia Cara Melatih Diri Menjadi Pribadi Yang Pemaaf
Sebagai warga negara, kita memiliki hak dan kewajiban untuk memperjuangkan prinsip-prinsip demokrasi yang benar.
Pergeseran politik yang terjadi belakangan ini harus menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih memperhatikan dan mengawasi jalannya proses politik di Tanah Air.
Jangan biarkan suara 'perubahan' dijual demi kursi menteri. Jangan biarkan para politisi kehilangan malu.
"Perubahan nah ini jadi andaikan bersatu dengan koalisi ini adalah pendidikan politik yang tidak baik bagi seluruh rakyat Indonesia," tutup Emrus Sihombing.***
Artikel Terkait
Ahok Soroti Markup Anggaran oleh Pejabat Nakal, Program Bantuan Jakarta Dibahas
Pesan Rocky Gerung di Tengah Ketegangan Prabowo dan PDIP
Resmi Dharma Pongrekun dan Kun Wardana Abyoto Mendaftar Sebagai Calon Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Beberkan Alasan Menolak Revisi Undang-Undang Kementerian Negara
PDI-P Tugasi Ganjar Pranowo untuk Memenangkan Pilkada Serentak 2024
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri Bungkam Saat Ditanya Soal Politik di Galeri Nasional