Bisnis Bandung - Tahun 2021 merupakan tahun yang menguntungkan investor properti rumah dunia. Dikutip dari Global Residential Cities Index yang dirilis Knight Frank Global, tercatat pertumbuhan harga tahunan rata-rata di 150 kota dunia meningkat 11% pada Q4 2021.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2004 atau tertinggi dalam 18 tahun terakhir. Amerika memiliki rerata pertumbuhan tertinggi mencapai 15% diikuti, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) yang memiliki rerata pertumbuhan properti rumah 11%. Sementara itu kawasan Asia Pasifik memiliki pertumbuhan di kisaran 9%.
"Situasi Lockdown yang berlarut menyebabkan warga Amerika Serikat berhasil menabung secara signifikan, diikuti juga dengan adanya peningkatan nilai ekuitas dari aset properti rumah yang mereka miliki. Kekayaan yang lebih tersebut akhirnya digunakan untuk merenovasi rumah yang mereka miliki ataupun untuk membeli properti kembali" kata Kate Everett-Allen, Head of International Residential Research Knight Frank.
Baca Juga: Aturan Baru, Pengembang Tak Bisa Sembarangan Jual Properti
Global Residential Cities Index pada periode Q4 2021 juga mencatat bahwa Istanbul memiliki angka pertumbuhan angka residential tertinggi di dunia sebesar 63,2% selama satu tahun terakhir.
Sementara itu Kuala Lumpur mengalami penurunan tertinggi sebesar -5,7% dimana tercatat setidaknya 10 kota mengalami penurunan harga residential selama 2021.
Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia mengalami pertumbuhan nilai residential sebesar 1,4% pada kuartal 4 2021. Hal ini juga seiring dengan indeks dari Bank Indonesia dimana pada akhir 2021 pertumbuhan indeks pertumbuhan perumahan Jakarta berada diangka 1,42%.
Bank Indonesia juga menyatakan bahwa indeks pertumbuhan perumahan Jakarta mengalami kontraksi di kuartal 1 tahun 2022 di angka 1,04%. Hal ini tercermin dari performa pertumbuhan harga residential di Indonesia.
"Ditopang oleh suku bunga kredit pinjaman yang rendah dan tahan inflasi kinerja sektor perumahan diperkirakan masih positif sepanjang 2022 meskipun pertumbuhan harga terbatas karena pengembang cenderung menahan kenaikan harga sembari menghabiskan stok rumah siap huni dan insentif (PPN DTP) properti" ungkap Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia.***
Artikel Terkait
KPR Bersubsidi bagi MBR, Dorong Pertumbuhan Kredit Properti
Mengapa Harga Properti Tak Pernah Turun?
5 Tahun Lagi Jualan Properti Online Booming di Indonesia
BI Longgarkan Kebijakan, Saatnya Berburu Properti