bisnisbandung.com - Kebijakan Presiden Prabowo di masa awal pemerintahannya terus menjadi perbincangan hangat, terutama pembentukan Danantara, sebuah super holding BUMN.
Langkah ambisius ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi perusahaan milik negara dan memperkuat daya saing BUMN di pasar global.
Namun, seperti yang diungkapkan oleh Felicia Putri, seorang Infuelencer keuangan dan Investasi, kebijakan ini masih menyisakan banyak tanda tanya.
“Danantara menjadi sorotan karena ini memang bukan kebijakan biasa ini langkah besar yang bisa mengubah ekonomi dan pasar modal Indonesia. Bisa jadi lebih baik, atau justru lebih kacai,” ujarnya dilansir dari youtube pribadinya.
Baca Juga: Jawa Barat Kembali Hijau! Dedi Mulyadi: Fungsi Hutan & DAS Harus Dikembalikan
Felicia Putri mencatat bahwa tujuan pembentukan Danantara memang tampak jelas, menyatukan beberapa BUMN di bawah satu entitas induk agar lebih efisien, mirip dengan model Temasek di Singapura atau Khazanah di Malaysia.
“Danantara memang ambisius, tetapi masih penuh tanda tanya. Jika eksekusinya tidak jelas, bukan hanya pasar saham yang goyah, tetapi juga kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia yang bisa perlahan-lahan menurun,” lanjutnya.
Namun, implementasinya justru menimbulkan kekhawatiran besar di pasar modal.
Menurut Felicia, kekhawatiran utama terkait Danantara adalah potensi meningkatnya kontrol pemerintah terhadap perusahaan publik, yang bisa berdampak pada transparansi dan tata kelola perusahaan.
Baca Juga: Mirip Krisis 1998? Yanuar Rizky Soroti Anjloknya Rupiah dan IHSG
Konsolidasi besar-besaran ini, meskipun bertujuan menciptakan efisiensi, dikhawatirkan akan membuat BUMN lebih rentan terhadap intervensi politik, yang berpotensi mengabaikan prinsip-prinsip bisnis demi kepentingan non-ekonomi.
Dampak dari kebijakan ini sudah mulai terlihat di pasar saham. Saham-saham BUMN besar seperti BRI, Telkom, Mandiri, dan BNI mengalami penurunan tajam akibat ketidakpastian regulasi.
Hal ini berkontribusi pada turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga hampir 7% dalam dua bulan terakhir.
Baca Juga: Arus Mudik 2025, Kapolri Listyo Sigit Siapkan Rekayasa Lalu Lintas untuk Kurangi Kemacetan