bisnisbandung.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melemah hingga menembus angka 16.500 menjelang Lebaran.
Kondisi ini memicu kekhawatiran di pasar keuangan, terutama karena Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuannya.
Kepala Riset Ekuitas dan Kepala Ekonom Bahana Sekuritas, Puetra Satria Sambijantoro, memberikan analisis mendalam mengenai penyebab pelemahan rupiah dan dampaknya terhadap perekonomian.
Menurutnya, pelemahan rupiah bukan hanya sekadar gejolak sesaat, tetapi merupakan fenomena yang telah terjadi secara historis setiap menjelang Lebaran.
Baca Juga: Sobary: Ridwan Kamil Sudah Kalah Pilkada Jakarta, Digeledah KPK Pula
“Kenapa rupiah biasanya melemah sebelum Lebaran? Karena saat fase bulan Ramadan, kita banyak mengonsumsi produk-produk impor,” ungkapnya dilansir dari youtube Kompas TV.
Salah satu faktor utama adalah peningkatan permintaan terhadap barang impor yang lebih tinggi dibandingkan periode lainnya.
Konsumsi masyarakat meningkat, terutama terhadap produk-produk impor seperti makanan dan bahan bakar minyak (BBM).
Baca Juga: Adi Prayitno: Presiden Prabowo Geram, Minyakita Dikurangi Takaran & Harga Naik!
Hal ini menyebabkan kebutuhan dolar meningkat untuk keperluan impor, yang kemudian menekan nilai tukar rupiah.
“Sebentar lagi kita juga akan masuk masa mudik, yang berarti konsumsi BBM meningkat. BBM kita juga impor. Jadi, biasanya ini memberikan tekanan besar juga untuk nilai tukar rupiah,” lanjutnya.
Selain faktor konsumsi, siklus ekonomi juga berkontribusi pada tekanan terhadap rupiah.
Dalam beberapa bulan ke depan, pasar menghadapi tantangan tambahan, seperti repatriasi dividen ke luar negeri dan pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo pada bulan Mei dan Juni. Kondisi ini semakin memperburuk tekanan terhadap mata uang domestik.
Baca Juga: IHSG Ambles 7%! Rocky Gerung Ingatkan Bayang-Bayang Krisis 1998