Bisnisbandung.com - Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuai perhatian dari berbagai pihak, termasuk ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi.
Ia menilai langkah tersebut dapat memberikan tekanan berat terhadap industri padat karya di Indonesia, terutama dalam sektor ekspor ke pasar Amerika.
Menurut Fithra, kebijakan ini dilatarbelakangi oleh persepsi Amerika bahwa negara-negara mitra dagang, termasuk Indonesia, menerapkan tarif dan hambatan non-tarif yang dianggap merugikan AS.
Dalam perhitungannya, Indonesia disebut memiliki hambatan perdagangan setara 64%, yang terdiri dari tarif, non-tarif, serta dugaan manipulasi nilai tukar.
Baca Juga: Trump Naikkan Tarif Impor, Rocky Gerung: Ini Pukulan Telak untuk Ekonomi Prabowo
Depresiasi rupiah dinilai sebagai bentuk manipulasi untuk membuat produk Indonesia lebih murah di pasar global, terutama di Amerika.
“Mereka melihat bahwa rupiah kita yang terdepresiasi ini adalah manipulasi kita supaya produk ekspor kita lebih kompetitif, lebih murah di sana. Nah, sehingga muncullah angka 64%,” ucap Fithra dilansir dari youtube Metro TV.
“Nah, kemudian dia juga bilang, ini adalah semacam reciprocal tariff : Ini adalah tarif yang baiklah, kita tidak menerapkan 100%, tapi kita menerapkan setengahnya saja,” sambungnya.
Baca Juga: Ancaman Bagi Pemimpin Pembohong, Hendri Satrio: Akan Kena Azab!
Dengan logika tersebut, pemerintah AS berencana menerapkan tarif balasan sebesar setengah dari nilai tersebut, yaitu sekitar 32%.
Fithra menjelaskan bahwa perhitungan tersebut berasal dari rasio antara defisit perdagangan AS terhadap Indonesia sekitar 18 miliar dolar AS dibandingkan dengan total impor AS dari Indonesia yang mencapai 28 miliar dolar AS.
Fithra juga mengidentifikasi beberapa produk ekspor unggulan Indonesia yang kemungkinan besar akan terdampak, yaitu elektronik, tekstil, alas kaki, karet, dan minyak nabati (CPO).
“Kalau ditanya produk-produk apa saja yang kena, nah itu ada beberapa. Ekspor unggulan kita ke Amerika Serikat, yang pertama tentu elektronik,” terangnya.
Baca Juga: Sopir Angkot Puncak Bogor Langgar Instruksi, Dedi Mulyadi Beri Peringatan Keras
Artikel Terkait
Kebijakan Campur Aduk, Ekonom Sebut Donald Trump Bikin Amerika Mengucilkan Diri Sendiri
Donald Trump vs Kebijakan Global, Yanuar Rizky: Indonesia Harus Pasang Strategi Jitu!
Perang Dagang AS vs Cina, Warga Amerika Mengeluh dengan Dampak Kebijakan Tarif Donald Trump
Naik Pitam! Donald Trump Usir Presiden Ukraina Zelensky, Simak Kronologi Lengkapnya
Adi Prayitno: Didit Prabowo Idola Baru yang Mencairkan Ketegangan Politik Tanah Air
Trump Naikkan Tarif Impor, Rocky Gerung: Ini Pukulan Telak untuk Ekonomi Prabowo